OpiniOpini

Mengaktivasi Peran Gen Z Dalam Perjuangan Menegakkan Islam Kaffah

289
×

Mengaktivasi Peran Gen Z Dalam Perjuangan Menegakkan Islam Kaffah

Sebarkan artikel ini

 

 

Oleh: Firda Yulianti

(Pegiat Literasi)

 

Dilansir dari times indonesia, Data Badan Pusat Statistik mencatat populasi remaja dan dewasa muda yang signifikan: 22,12 juta jiwa berusia 15-19 tahun dan 22,28 juta jiwa berusia 20-24 tahun, angka yang menunjukkan besarnya potensi sekaligus tantangan yang dihadapi bangsa (BPS, 2024).

 

Realitas mengejutkan terungkap melalui Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama untuk remaja 10-17 tahun di Indonesia. Hasil survei menunjukkan satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta remaja.

 

Survei Kesehatan Indonesia (2023), mengungkapkan depresi sebagai penyebab utama disabilitas pada remaja, dengan generasi Z (15-24 tahun) tercatat paling rendah dalam mengakses pengobatan. Kondisi ini dapat memicu peningkatan masalah sosial seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat terlarang. (Kemenkes, 2023).

 

Gen Z adalah generasi yang paling stres untuk saat ini. Situasi yang dihadapi Gen Z menyebabkan kebanyakan mereka tumbuh menjadi pribadi labil akibat informasi tanpa filter, cepat berubah, dan serba tidak pasti. Situasi yang dimaksud bisa dipastikan buah dari sistem sekularisme yang membiarkan Gen Z mendapatkan serangan pemikiran kufur.

 

Mereka juga menjadi generasi yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan. Akhirnya, sikap putus asa, hopeless, stres, hingga depresi, menjadi penyakit mental yang mudah menyebar dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir dengan bunuh diri, semua beban masalah dan mental mereka akan terlepas dan berakhir. Sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yakni SD dan SMP. Pada akhirnya, jutaan Gen Z menganggur.

 

Terlebih lagi, saat ini terjadi problem di tengah masyarakat terkait uang kuliah tunggal (UKT) yang makin melangit hingga anak bangsa sulit mengakses pendidikan tinggi. Harapan dan mimpi anak bangsa harus terhenti karena UKT. Kampus yang semestinya menjadi tempat terbuka bagi setiap warga negara mendapatkan pendidikan, kini hanya bisa diperoleh yang berduit banyak saja.

 

Ada banyak persoalan yang dihadapi Gen Z (UKT mahal, pengangguran, Gangguan mental dll). sebagai dampak dari sistem demokrasi kapitalisme yang banyak melahirkan aturan rusak. Di sisi lain hari ini Gen Z terjebak dalam gaya hidup rusak, mulai dari FOMO, konsumerisme, hedonisme.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *