OpiniOpiniSejarah

Memperingati Hari Anak Sedunia, Pengkhianatan bagi Anak Palestina.

171
×

Memperingati Hari Anak Sedunia, Pengkhianatan bagi Anak Palestina.

Sebarkan artikel ini

 

Oleh : Wa Ode Sukmawati, S.E

Hari Anak Sedunia atau World Children’s Day diperingati setiap tanggal 20 November. Peringatan ini merupakan momen penting untuk merayakan hak-hak anak di seluruh dunia. UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) menjadi organisasi yang menginisiasi peringatan Hari Anak Sedunia. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran tentang kesejahteraan anak, serta mendorong tindakan global untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak.

Tanggal 20 November sendiri berkaitan dengan ketika Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak-hak Anak pada tahun 1959. Di mana, pada tanggal yang sama tahun 1989, Majelis Umum PBB mengadopsi Konvensi Hak-hak Anak (Convention on the Rights of the Child atau CRC). (detikJatim, 13/11/24)

Aneh bin ajaib, hari anak sedunia yang diinisiasi oleh lembaga internasional dibawah PBB, dengan tujuan anak-anak mendapatkan hak, kesejahteraan dan masa depan yang baik. Justru, tidak didapatkan oleh anak-anak di Palestina. Dimana UNICEF dan PBB untuk anak-anak Palestina? Apakah jeritan mereka masih kurang terdengar? Apakah ribuan nyawa yang melayang belum cukup membuka mata mereka bahwa masih banyak anak yang tidak mendapatkan haknya, kesejahteraannya dirampas dan kehilangan masa depannya.

Standar ganda Barat perihal anak sangat terlihat jelas pada anak-anak di Palestina. Omong kosong memperingati hari anak, jika kebiadaban Zionis Yahudi masih langgeng di Palestina. Seluruh dunia tahu bahwa masyarakat Palestina saat ini hak untuk hidupnya tengah direnggut. Anak-anak, bayi baru lahir, bahkan bayi yang masih dalam kandungan harus menjadi korban kebengisan Zionis Laknatullah.

Prioritas penguasa-penguasa muslim yakni kepentingan ekonomi dan politik agar tetap aman menjadikan mereka diam tak berkutik. Tak ada tindakan nyata. Yang ada hanya kecaman dan bantuan berupa makanan dan pakaian. Padahal, Pelestina butuh yang lebih dari itu, yakni bantuan militer untuk mengusir penjajah Zionis Yahudi. Disatu sisi mereka mendapatkan sokongan untuk bertahan hidup namun disisi lain mereka harus siap kehilangan nyawa mereka akibat pembantaian Zionis Yahudi.

Nasionalisme yang diangung-agungkan hari ini, nyatanya menjadi sebab hilangnya perhatian dan kepedulian umat Islam terhadap Palestina. Umat Islam dipisah-pisahkan oleh sekat nasionalisme sehingga umat Islam lupa bahwa umat Islam adalah satu. Kaum muslimin bagaikan satu tubuh, yang apabila salah satu bagian tubuhnya sakit maka seluruh tubuh ikut merasakannya. Namun, hari ini tubuh itu telah mati rasa akibat nasionalisme yang telah menghujam jiwa-jiwa kaum muslimin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *