Oleh : Ika Wulandriati, S.Tp
Tingginya antusiasme masyarakat muslim di Lumajang Jawa Timur, dalam memperingati Hari Santri Nasional ke 10 tahun 2024 dan diharapkan para santri mampu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wakil Ketua Komisi B DPRD Lumajang Dra. Hj. Nurhidayati M.Si ketika dikonfirmasi RRI mengatakan Hari Santri Nasional selalu diperingati setiap tanggal 22 oktober dan tahun 2024 ini dirayakan ke 10 dan telah ditetapkan oleh presiden RI Joko Widodo pada tahun 2015.
Nurhidayati yang juga salah satu pengasuh pondok Pesantren di Lumajang juga menyampaikan makna Santri itu bukan hanya Santri yang tinggal di pesantren saja akan tetapi semua masyarakat yang sedang berjuang untuk agama islam dan berpikir maju untuk agama. (rri.co.id, 22 Oktober 2024)
Dengan mengangkat tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan ” tema ini tidak bisa lepas dari sejarah perjuangan para santri dalam melawan penjajah Belanda. Peringatan ini mengenang semangat juang yang dikobarkan oleh KH. Hasyim Asyari.
Pada saat itu para santri bergerak maju menuju medan perang dengan gagah berani, melawan penjajah walaupun dengan senjata yang sederhana yaitu bambu runcing dan senjata lainnya dengan resiko kehilangan nyawa, namun kematian itu tidak mereka takuti karena kematian yang baik dan sangat dirindukan oleh para santri dan muslim yaitu mati syahid di jalan Allah.
Namun, faktanya santri hari ini sungguh jauh berbeda dengan santri terdahulu, santri sekarang berada dalam lingkaran kapitalis sekuler yang telah mencengkram mereka, dimana banyak santri menghafal Al’Quran, sampai hatam beberapa kali tapi tidak bisa untuk merealisasikan isi al’Quran, banyak yang menguasai staqafah Islam dalam kitab kuning tapi tidak terdorong untuk mengamalkannya dalam kehidupan di masyarakat, dan santri-santri sekarang seperti buku berjalan karena tidak mampu mendakwahkannya.
Akibat dari negara yang mengemban sistem kapitalis sekuler, sehingga santri mengabaikan sebagian syariat Islam.
Contohnya pendidikan sekarang, walaupun di pesantren, pendidikannya menggunakan pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, dan sekurelisme ini juga melahirkan gaya hidup liberal yang menimpa para santri.