Surat Pembaca
Oleh Ahmadah, S.M (Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Remaja)
Momen Maulid Nabi mempunyai arti besar bagi umat Islam. Momen maulid nabi mengingatkan kita akan betapa kerasnya perjuangan Nabi Muhammad dalam menyampaikan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dengan perjuangan beliau dan para sahabat, maka kita bisa mengenal indahnya Islam sampai detik ini.
Tetapi pada faktanya, kondisi umat Islam secara umum saat ini sedang tidak baik-baik saja. Berbagai persoalan Tengah menjerat umat, mulai dari kenaikan bahan pokok, kenaikan bahan bakar, kenaikan biaya Pendidikan, pergaulan bebas, perundungan, perjudian, perceraian, eksploitasi SDA hingga pembunuhan sudah menjadi makanan sehari-hari di layer kaca. Ini menujukkan bahwa umat sedang dalam kondisi terpuruk. Kondisi ini tidak lepas dari diterapkannya sistem sekuler kapitalistik.
Dimana aturan agama dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Manusia dibiarkan membuat aturannya sendiri. Karena sifat manusia yang serba terbatas, maka terbatas pula Ketika membuat suatu peraturan. Alhasil, bukannya menyelesaikan persoalan, malah menimbulkan persoalan baru.
Di Tengah keterpurukan ini, Umat membutuhkan teladan hakiki yang layak dijadikan contoh dalam menjalani setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kehidupan bernegara. Di momen maulid Nabi ini, sudah selayaknya kita kembali meneladani Nabi kita tercinta, Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal kepemimpinanya. Terkait hal ini, Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya di surah Al-Ahzab, yang artinya,
_“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.”_ (QS. Al-Ahzab : 21).
Dalam meneladani beliau, kita tidak boleh memilah dan memilih sesuai hawa nafsu kita. Melainkan harus totalitas. Termasuk dalam hal kepemimpinan tadi, karena meneladani beliau adalah bukti cinta kita terhadap beliau dan juga bukti keimanan kita kepada Allah SWT. Posisi Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin negara memiliki kewenangan sebagai pengatur urusan rakyatnya, hal ini seperti dalam firman Allah SWT, _“Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Dan apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukumannya.”_ (QS. Al-Hasyr (59) : 7).
Dengan meneladani kehidupan Rasulullah SAW dalam setiap sendi kehidupan, yaitu kembali kepada hukum-hukum syara’ dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka setiap persoalan-persoalan akan dapat diurai dan diselesaikan. Kehidupan yang diridhoi Allah SWT akan bisa kita wujudkan. Sehingga kesejahteraan di Tengah-tengah umat pun akan bisa kita raih.
Wallahu a’lam bishowwab