Oleh: Eliya Saragih
Aktivis muslimah ngaji
Palestina sebuah negeri yang Allah berikan banyak keistimewaan. Di sana terletak kiblat pertama umat Muslim. Palestina negerinya para Nabi kini sedang dirundung duka. Tiap hari merah saga, darah tertumpah, dari Gaza hinga Rafah. Meskipun semua mata tertuju padanya, nyatanya Palestina tetap terjajah. Genosida penjajah Zionis Yahudi terus terjadi, khususnya di wilayah Gaza. Lebih dari delapan bulan serangan penjajah Zionis telah menewaskan lebih dari 36.690 ribu warga sipil, 86 ribu lainnya luka-luka.
Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) mencatat bahwa 36.171 korban jiwa berada di Jalur Gaza, dan 519 korban jiwa terdapat di Tepi Barat. Korban anak-anak dilaporkan mencapai 15.162 jiwa, dan 10.018 jiwa dari kaum wanita, serta 7.000 lainnya dilaporkan hilang. Selain itu, 492 tenaga kesehatan, 246 tenaga pendidik, 147 jurnalis juga menjadi korban kekejaman penjajah Zionis Yahudi. Semua mata kini tertuju pada Rafah. Atas nama kemanusiaan banyak negara mengutuk genosida yang dilakukan Zionis. Segala cara dilakukan, dari mengirim bantuan hingga boikot Israel dan produknya.
Nyatanya Palestina tetap terjajah, darah tetap tertumpah, dari Gaza hingga Rafah mereka hidup dalam genosida penjajah. Berpuluh, beratus, beribu, bahkan berjuta kecaman dilayangkan kepada perampok sekaligus penjajah Zionis Yahudi. Nyatanya tidak satu pun digubris, karena mereka selalu dibela dan dilindungi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat.
Ulama Aswaja Ustaz Abu Zaid mengatakan, masalah Palestina bukan masalah kemanusiaan, tetapi masalah penjajahan yang dilakukan oleh kaum kafir terhadap kaum Muslimin. Masalah Palestina bukan masalah kemanusiaan, bukan masalah-masalah diluar apa yang sering kita dengar, tetapi masalah Palestina adalah masalah penjajahan yang dilakukan oleh para penjajah kafir kepada kaum muslimin di tanah Islam,” ungkapnya dalam orasi aksi bela Palestina di Kota Semarang Jawa Tengah, Sabtu (15/6/2024).
Satu butir kurma dimakan
Dibelah lagi menjadi tujuh
Bagai kekasih menanti pujaan
Entah di mana hendak berlabuh
Pantun di atas menunjukkan betapa merindunya saudara kita di Palestina kepada siapa pun yang menolongnya. Di saat pembunuhan massal masif terjadi, tiada yang mampu menghentikan. Hingga menimbulkan reaksi berupa aksi di beberapa wilayah, baik di mancanegara maupun di dalam negeri. Berjalan menyusuri satu tempat yang dibombardir menuju tempat lain yang juga menjadi target zionis selanjutnya.
Tak ada tujuan, hanya berharap dan berpasrah pertolongan dari Allah. Gelombang aksi terus terjadi di beberapa wilayah di Indonesia yang menolak genosida di Gaza dan Rafah. Sejak Oktober 2023 hingga hari ini massa menuntut keadilan atas nama kemanusiaan. Di Palembang, Jogja, Jakarta dan beberapa wilayah di dalam negeri termasuk Medan ikut turun ke jalan.