Opini

Maraknya Gagal Ginjal Pada Anak, Negara Gagal Menjamin Makanan Thayyib Bagi Rakyatnya

137
×

Maraknya Gagal Ginjal Pada Anak, Negara Gagal Menjamin Makanan Thayyib Bagi Rakyatnya

Sebarkan artikel ini

Oleh Wa Ode Nursanti

Tak henti-henti negara ini mengeluarkan Kebijakan yang berimbas untuk rakyatnya sendiri. Seolah-olah negara tak peduli lagi dengan rakyat. Bagaimana tidak bukannya orang tua memikirkan sulit ekonomi. Saat ini ketakutan itu semakin bertambah dengan adanya banyaknya anak kecil yang harus bolak- balik cuci darah. Akibat gangguan gagal ginjal.

Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena gagal ginjal. Salah satunya adalah kebiasaan konsumsi makanan dan minuman kemasan yang tinggi gula.
Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Eka Laksmi Hidayati mengatakan pola hidup tidak sehat mendominasi faktor penyebab gagal ginjal. Penyebab gagal ginjal yang bisa terjadi itu lifestyle, itu pengaruhnya dari obesitas. Itu berisiko sekali terjadi penurunan fungsi ginjal. (CNN Indonesia, 26/07/2024)

Selain itu, terkait pemicu anak-anak sampai cuci darah atau hemodialisis, dr Eka menyebut banyak yang dipicu kelainan bawaan. Terbanyak kasus penyakit ginjal pada anak dipicu sindrom nefrotik. Selain itu, kelainan bawaan berupa bentuk ginjal yang tak normal juga menjadi pemicu adanya kasus cuci darah pada anak. Ada juga anak yang mengalami kista ginjal sehingga harus cuci darah.

Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) meluruskan isu viral banyak anak-anak menjalani cuci darah di RSCM. Dia menegaskan meski memang ada anak yang menjalani hemodialisis di RSCM, kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan. Akan tetapi Saat ini disebutkan ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM. Sebanyak 30 di antaranya menjalani hemodialisis rutin sementara lainnya datang sebulan sekali. Jumlah tersebut cukup banyak bagi sebuah rumah sakit. Kondisi ini juga tidak dijumpai di tempat lain sehingga tampak jumlahnya cukup banyak.(Detik, 27/07/2024)

Meski tidak terjadi lonjakan anak penderita gagal ginjal yang berujung cuci darah. Akan tetapi, kasus ini tetap menjadi perhatian mengingat banyaknya kasus erat kaitannya dengan pola konsumsi yang salah dan tidak sehat. Hal ini yang mendominasi penyebab gagal ginjal.

Terlebih realita hari ini banyak produk yang berpemanis yang merupakan produk industri makanan dan minuman di Indonesia. Sayangnya produk tersebut mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dengan kecukupan gizi.

Hal ini menunjukkan bahwa negara telah gagal melindungi dan menjamin kemanan pangan terhadap anak. Hanya saja ini wajar terjadi apabila negara menerapkan system kapitalisme sekuler. Sistem ini, uang menjadi tujuan utama dari proses produksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *