Oleh Guspiyanti
Bertepatan dengan hari sumpah pemuda BEM Universitas Mulia berkolaborasi dengan IKN Youth Forum dan Rembuk Pemuda mengadakan Z FEST 2024 dengan tema “Memilih Masa Depan” di Ballroom Cheng ho universitas mulia. Bersama narasumber Bapak M. Raja Siraj (Anggota termuda DPRD Kota Balikpapan), Bapak Aidil Pananrang (Founder Rembuk Pemuda), Bapak Drs. Alímuddin, M.Si (Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat OIKN), Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsín Rif’a’I, M.Si (Rektor Universitas Mulia), dan Agung Syahrir (IKN Youth Forum).
Salah satu narsum Aidil Pananrang adalah sosok inspiratif di balik gerakan rembuk pemuda, sebuah inisiatif yang berhasil menjahit kebersamaan pemuda dari seluruh provinsi di Nusantara. Sebagai founder, Aidil Pananrang berkomitmen kuat untuk membangun ruang kolaborasi yang memungkinkan generasi muda menyuarakan aspirasi, berbagi gagasan, dan menggerakkan perubahan positif di berbagai sektor.
Melalui Rembuk Pemuda, Ia ingin memastikan bahwa pemuda tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam proses pembangunan nasional. Ia percaya bahwa kontribusi pemuda adalah kunci penting menuju Indonesia Emas 2045, di mana pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dapat tercapai melalui partisipasi aktif generasi muda.
Agent of change
Tidak bisa dipungkiri bahwa pemuda selalu menjadi aktor penting dalam sejarah peradaban manusia. Sebab pemuda memiliki kemampuan yang lebih dari yang lainnya, secara fisik lebih kuat, energik serta kritis. Itu adalah fakta yang tidak bisa dielakkan. Sehingga peran pemuda memang sangat diharapkan dalam membangun bangsa.
Sebagaimana di selenggarakan nya forum Zfest 2024 untuk mendorong pada pemuda agar lebih aktif terlibat dalam pembangunan Negeri khusunya di IKN. Yang kedepannya diharapkan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Kaltim. Juga menambah wawasan agar pemuda melek politik sehingga dapat mengawal kebijakan publik di sekitarnya.
Pemuda memang sangat diharapkan bagi kemajuan bangsa. Keaktifan mereka dalam gerakan kepemudaan semestinya menjadikan mereka lebih peduli terhadap kondisi rakyat. Mereka, sebagai agent of change, diharapkan peka dengan masalah rakyat saat ini. Mereka perlu menjadi garda terdepan dalam melindungi rakyat dari kebijakan yang menyayat.
Namun, harapan itu sepertinya pupus manakala pemuda justru disibukkan untuk mencari eksistensi diri. Segala prestasinya dipersembahkan sekadar untuk memperoleh pengakuan di dunia. Mereka tidak lagi peduli dengan perubahan besar untuk rakyat dan malah dengan senang hati dibelokkan untuk mengikuti kegiatan politik praktis dalam kancah demokrasi.
Inilah keberhasilan dari kapitalisme dalam membajak potensi pemuda. Desain Barat berhasil menjadikan pemuda muslim memiliki profil sekuler kapitalistik, dibajak untuk kepentingan industri kapitalisme. Kalaupun mereka adalah para aktivis, mereka dididik untuk bersikap sekuler, mendukung demokrasi, dan semua yang bertentangan dengan Islam.