Opini

LANGKAH ANTISIPATIF KURANG, BENCANA PUN BERULANG

200
×

LANGKAH ANTISIPATIF KURANG, BENCANA PUN BERULANG

Sebarkan artikel ini

Oleh : Dini A. Supriyatin

 

Bencana alam bisa datang kapan saja tanpa bisa di prediksi oleh manusia. Ini bisa disebabkan karena kerusakan alam yang terjadi akibat dari ulah manusia itu sendiri.

Seperti banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi yang terjadi di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang, Sumatera Barat yang menelan korban jiwa hingga mencapai 50 orang. Kemudian banjir bandang di 3 kecamatan lainnya yaitu kecamatan Canduang, Kecamatan Sungai Pua dan Kecamatan 1V Koto yang di akibatkan oleh curah hujan tinggi yang melanda 3 kecamatan tersebut. Disamping itu banjir di Provinsi Sulawesi Tenggara akibat dari luapan Sungai Lalindu setinggi 2 meter melanda desa Sambandate, sempat melumpuhkan arus lalu lintas kendaraan di jalan Trans Sulawesi.

Sederet bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah belakangan ini telah terjadi berulang – ulang dan menimbulkan banyak korban jiwa serta kerusakan infrastruktur. Ini merupakan bukti bahwa masih lemahnya upaya mitigasi komprehensif yang dilakukan negara dalam mencegah dan meminimalisir dampak bencana serta keselamatan rakyatnya. Pembangunan ala kapitalistik juga membawa dampak buruk bagi lingkungan. Maraknya industrialisasi, pembangunan kota, serta pembukaan lahan untuk area wisata yang tidak memperhatikan aspek lingkungan merupakan salah satu penyebabnya.

Wahana Lingkungan Hidup ( Walhi ) Sumatera Barat menyatakan bahwa bencana yang terjadi secara berulang ini adalah bencana ekologis yang terjadi karena salah sistem pengurusan alam. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan juga menjadi penyebabnya. Seperti adanya pembalakan liar dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, dan penambangan emas di kawasan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat.

Selain itu adanya pembangunan ilegal di kawasan Lembah Anai Kabupaten Tanah Datar untuk dijadikan tempat wisata. Padahal kawasan ini dijadikan sebagai cagar alam dan merupakan kawasan hutan lindung untuk mencegah terjadinya banjir, karena kawasan ini merupakan kawasan rawan banjir.

Kalau sudah begini siapa yang patut di salahkan ?? Sejatinya bencana terjadi bukan karena faktor alam saja, tapi akibat dari keserakahan manusia yang merusak kelestarian alam tempat ia hidup demi kepentingan pribadi. Mereka tidak peduli dengan dampak yang akan timbul akibat ulah mereka. Harus ada perhatian dan penanganan khusus dari negara untuk mengambil langkah – langkah antisipatif guna meminimalisir dampak dan mencegah jatuhnya korban jiwa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *