Opini

Kualitas Air Bersih Minim, Akibat Negara Abai

115

Oleh : Risnawati

(Pegiat Literasi)

Air adalah bagian mendasar dari semua aspek kehidupan karena semua kehidupan membutuhkan air. Namun, ini jadi masalah jika ketersediaan dan kebutuhan air bersih masih belum terpenuhi, hal ini bukanlah permasalahan baru dinegeri ini dan bahkan di dunia. Setiap tahunnya masalah kesulitan air bersih ini semakin meenjadi-jadi.

Seperti dilansir dalam laman Jakarta, CNBC Indonesia – Kelas menengah di Indonesia turun kasta sejak masa krisis Pandemi Covid-19, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.
Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Karena, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.
Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk pada 2024. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas kedua kelompok itu.

“Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari Pandemi Covid-19 terhadap ketahanan dari kelas menengah,” ucap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dikutip Sabtu (31/8/2024).

Telaah Akar Masalah

Di Indonesia, ketersediaan air bersih bagi masyarakat hanya sekitar 36% total air yang ada, meski memiliki potensi sumber daya air yang melimpah. Pasalnya, pemerintah menjadikan pengelolaan air sebagai prioritas untuk ketersediaan air bersih, sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana yang diakibatkan oleh air, seperti banjir dan tanah longsor.

Rakyat kekurangan air bersih lantaran kekeringan atau karena kualitas air kurang. Kekeringan memaksa mereka mengkonsumsi air gallon, yang berdampak pada penambahan pengeluaran, dan menjadikan kelompok mennegah menjadi miskin. Sementara air hari ini justru banyak dikemas oleh Perusahaan dan dijual. Inilah bentuk kapitalisasi sumber daya air.

Di sisi lain, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatasi ketersediaan air bersih, namun masih saja belum teratasi dengan baik. Jika ditelaah, krisis air bersih diakibatkan oleh adanya pemanasan global, terjadinya deforestasi, selain itu pendistribusian air juga tak merata, bantuan air bersih untuk wilayah yang kekeringan juga belum maksimal sehingga warga terpaksa membeli air kalaupun tidak mampu membeli maka mau tak mau menggunakan air yang tak layak untuk kebutuhan konsumsi. Padahal sumber air ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi karena dikuasai perusahaan tertentu sumber air tersebut justru dipergunakan untuk meraup keuntungan.

Exit mobile version