Oleh : Zainab Said
Keluarga harmonis adalah impian semua orang dalam kehidupan ini. Namun impian sederhana ini menjadi impian yang sangat mahal dan sulit diwujudkan dimasa sekarang. Dalam berapa tahun terakhir banyak sekali kasus hancurnya keluarga yang terekspos di media. Seperti yang terjadi di Cirebon, seorang anak 22 tahun tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, bahkan juga melukai adiknya menggunakan pisau dapur.(Metrotvnews.com,24/08/2024) Kasus yang sama juga terjadi di Balikpapan, seorang ibu meninggal dunia di tangan anak kandung sendiri. Anak tersebut tanpa belas kasih menghabisi nyawa ibunya menggunakan parang.(PROKAL.co,24/08/2024) Hubungan darah anak-orang tua yang seharusnya dipenuhi rasa kasih sayang telah menghilang, seolah hubungan darah tidak lagi hangat sehangat darah yang mengalir dalam tubuh. Kasus pembunuhan dalam keluarga juga terjadi di Pontianak, seorang ibu tiri tega menghabisi nyawa anak tirinya yang masih berusia 6 tahun. Dilaporkan bahwa sebelumnya anak tersebut sudah sering mengalami kekerasan oleh ibu tirinya. Dari pengakuan sang ibu tiri bahwa dia sempat mengurung anak tersebut di belakang rumah dan tanpa diberi makanan oleh pelaku.(Sindonews.com,24/08/2024)
Kehidupan Kapitalis-Sekuler Merusak Tatanan Keluarga
Rusaknya tatanan keluarga saat ini tidak bisa dilepas dari hilangnya peran orang tua dalam mendidik dan membangun keluarga. Peran ayah hilang dalam sebagai pemimpin dan pendidik anak dalam keluarga karena lebih fokus dalam mencari nafkah atau mencari materi sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan bahwa anak tetap butuh peran ayah dalam kehidupan mereka. Peran ibu juga mulai bergeser sebagai pendidik anak menjadi wanita karir yang lebih fokus bekerja, hingga tidak jarang ditemui anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama asisten rumah tangga, baby sitter, atau bahkan neneknya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya konsep kesetaraan gender yang kental di tengah-tengah masyarakat, dimana perempuan dianggap sukses bila bekerja dan menghasilkan banyak uang seperti laki-laki.
Selain itu, pondasi pernikahan yang dibangun yaitu visi dan misi pernikahan tidaklah jelas sehingga membuat keluarga yang dibentuk pun jadi rapuh. Tidak sedikit yang menganggap bahwa hanya dengan modal keinginan untuk menikah (cinta) dan modal materi (uang) sudah cukup untuk melangsungkan pernikahan. Banyak yang menikah tanpa ada ilmu parenting dan ilmu agama sedikitpun sehingga tidak heran jika menjumpai banyak keluarga hancur yang berujung pada perceraian bahkan pembunuhan seperti berita yang disebutkan di awal tadi. Anak yang kurang kasih sayang dan kurang didikan dari orang tua tidak akan memiliki jalinan kasih sayang yang hangat dengan orang tuanya, seperti anak yang mendapat cukup didikan dari orang tuanya. Maka tidak heran jika saat ini banyak terjadi kasus orang tua menyiksa anak, ataupun sebaliknya anak menyiksa orang tua.
Kemajuan teknologi dan informasi tanpa diimbangi oleh kecerdasan dalam memanfaatkan kemajuan tersebut membuat masyarakat hanya bisa mendapatkan dampak negatifnya seperti kasus judi online, pinjaman online, kecanduan game online, dan lain-lain, bisa membuat kehidupan keluarga hancur. Masalah ekonomi yang semakin sulit juga seringkali menjadi penyebab hancurnya keluarga. Sistem hidup kapitalis yang melingkupi kehidupan masyarakat saat ini membuat perekomian semakin susah. Perekonomian lebih banyak diatur oleh para pemilik modal besar (kapital) sehingga membuat yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin. Selain itu, hilangnya peran agama dalam mengatur kehidupan saat ini menjadikan masyarakat menjadi rapu termasuk keluarga karena tidak ada landasan jelas yang digunakan dalam menjalan kehidupan ini. Kehidupan sekuler seperti saat ini sudah memberikan bukti begitu mudahnya keluarga hancur karena tidak ada peran agama di dalamnya. Tanpa ada agama yang mengikat dalam keluarga, sangat mudah seorang anak membuang orang tuanya, dan begitupun sebaliknya.
Islam Membangun Keluarga Ideal