Opini

Kriminalitas di Kalangan Pemuda Berulang dan Makin Mengerikan

108

Oleh; Asti Leka

Mahasiswi UIN Alaudin Makasar

Kriminalitas yang terjadi di kalangan anak muda sekarang makin marak terjadi dan sangat mengerikan. Di Cianjur pada hari Ahad (22/9/2024) sekitar pukul 00.15 WIB di Jalan Raya Cibuntu Desa Cisalak kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur, 15 pemuda kelompok geng motor yang melakukan tawuran hingga membuat resah warga setempat, di Semarang terjadi hal yang sama seorang mahasiswa Udinus yang bernama Tirza Nugroho Hermawan (21) meninggal akibat salah sasaran. Aksi dari semua itu bermula dari saling tantang menantang di sosial media, satu persatu dari mereka telah terpancing emosinya dan di bawah pengaruh alkohol maka terjadilah aksi tawuran tersebut. Banyak anggota kriminalitas tersebut kebanyakan masih di bawah umur.

Tawuran juga terjadi di Jalan Durung, kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Maralen salah satu remaja yang masih di bawah umur ditangkap polisi karena hendak melakukan tawuran, pemuda tersebut membawa barang tajam yakni satu buah celuri, satu parang yang berbentuk gergaji dan dua buah parang panjang. Di boyolali pun demikian sebuah video yang diduga aksi tawuran beredar viral di media sosial para pelaku tawuran terlihat membawa senjata tajam jenis klewang.

Maraknya tawuran yang terjadi di kalangan para pemuda ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya, lemahnya kontrol diri. Zaman sekarang pemuda tidak lagi peduli terhadap halal-haram, mereka terjebak dengan sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga, ketika mereka ingin melakukan sesuatu yang haram mereka enteng sekali melakukannya, tak peduli bila harus melukai orang dengan benda tajam, mereka tidak memikirkan dampaknya akan seperti apa.

Mirisnya lagi, apabila mereka tidak mempunyai lawan untuk tawuran, mereka mencari cara untuk bisa mendapatkan lawan dengan cara melakukan provokasi di media sosial, mereka sangat gampang sekali tersulut emosi sehingga ejekan yang didapat di medsos
bisa menjadi pemicu terjadinya tawuran.

Hal ini juga diperkuat dengan disfungsi keluarga dan tekanan ekonomi/hidup. Banyak orang tua hari ini seakan abai dengan anak-anaknya sehingga para anak tidak mendapatkan pengawasan dan pendidikan dari orang tua mereka. Saking sibuknya orang tua dengan pekerjaan, anak-anak tidak lagi mendapat didikan dari orang tua untuk menjadi orang yang bertaqwa. Bahkan banyak dari orang tua hari ini jarang sekali memastikan kondisi anak-anaknya. Orangtua lebih sibuk bekerja untuk mengumpulkan materi, seakan-akan materi yang banyak cukup memenuhi kebutuhan anak. Efeknya anak-anak memiliki orang tua tetapi seperti tidak punya orang tua, sebab masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri. Pemberian nasehat orang tua kepada anaknya sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan ini sangat jarang diberikan.

Demikianlah faktanya, sebab ini adalah buah penerapan sistem sekuler kapitalis. Negara abai terhadap tugasnya membentuk generasi berperadaban mulia, malah menyia-nyiakan potensi besar pemudanya, yang pada akhirnya bukan sumbangsih yang pemuda berikan melainkan tumpukan masalah. Pemuda juga bukan menjadi generasi problem solver tapi malah jadi problem maker.

Hal ini tentu sangat berbeda dengan sistem islam. Islam memiliki sistem pendidikan yang akan menghasilkan generasi berkepribadian mulia, yang akan mampu mencegahnya menjadi pelaku kriminalitas. Islam juga memberikan lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun kebijakan negara, yang akan menumbuhsuburkan ketakwaan dan mendorong produktivitas pemuda.

Exit mobile version