Opini

Konflik Opang dan Ojol, Mampukah Dituntaskan dalam Sistem Sekularisme Saat Ini?

64
×

Konflik Opang dan Ojol, Mampukah Dituntaskan dalam Sistem Sekularisme Saat Ini?

Sebarkan artikel ini

Oleh Ruri R
Pegiat Dakwah

Beberapa pekan yang lalu, kekerasan berupa penganiyaan kembali terjadi kepada salah satu pengemudi ojek online (ojol) dan penumpangnya oleh sekawanan para pengemudi ojek pangkalan (opang). Peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung dan saat ini para pelaku sudah ditangkap.

Wakapolres Bandung, AKBP Hidayat menyampaikan saat jumpa pers, bahwa motif para pelaku melakukan penganiayaan tersebut dipicu oleh rasa kesal dan emosi karena wilayah ojek pangkalan (opang) dimasuki ojek online (ojol), kemudian mereka mengejarnya dan dilakukan penganiyaan.

Akibat dari penganiayaan tersebut, korban pengendara mengalami kesakitan di sisi kiri tubuhnya, namun masih bisa berjalan. Sedangkan untuk korban penumpang, saat ini masih dirawat di rumah sakit. Atas perbuatan para pelaku yang melakukan kekerasan kepada pengemudi dan penumpang ojol tersebut akan dikenai pasal 170 ayat 21, dengan hukum pidana penjara hingga 7 tahun, tambah Hidayat. (TribunJabar.id, Selasa 24/12/2024)

Maraknya Kemaksiatan Akibat Berbagai Faktor

Konflik opang dan ojol merupakan salah satu dari sekian banyaknya kemaksiatan yang terjadi, mulai dari pelecehan, pembegalan, penipuan, pembunuhan, penganiyaan, dan lain-lain. Meski masyarakat saat ini sudah berusaha untuk waspada, namun peristiwa-peristiwa yang membuat miris tetap saja terjadi tanpa bisa terbendung lagi.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kemaksiatan seperti penganiyaan akibat rebutan penumpang ojek. Pertama, lemahnya benteng keimanan individu dalam memahami konsep rezeki. Hal ini memicu mudahnya seseorang terjerembab pada kemaksiatan. Sebagaimana penganiyaan yang terjadi pada pengemudi ojek online dan penumpangnya, karena boleh jadi opang menganggap ojek online telah mengambil jatah penghasilannya.
Kedua, kurangnya kontrol dari masyarakat. Lemahnya budaya amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat, menjadikan kemaksiatan sering terjadi. Ketiga, lemahnya peran negara.

Meski selama ini pihak kepolisian dan pemerintah sudah berupaya dengan membuat kebijakan-kebijakan untuk meminimalisir kemaksiatan, seperti melakukan pengamanan dan pengendalian lingkungan, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat apabila kemaksiatan terjadi disekitar kita.
Sayangnya, upaya yang selama ini dilakukan pemerintah belum bisa menyelesaikan semua permasalahan secara optimal. Seharusnya kemaksiatan dituntaskan sampai ke akar-akarnya agar bisa terminimalisir. Adapun selama ini, terkait permasalahan pidana pemerintah cukup menyerahkan urusannya kepada pihak kepolisian untuk diselesaikan.

Kehidupan Sistemik yang Rumit

Saat ini begitu banyak permasalahan yang muncul di kehidupan masyarakat. Tidak lah heran di sistem yang saat ini diterapkan, yaitu sistem kapitalisme sekuler. Sistem yang tidak melibatkan aturan agama dalam kehidupan sehingga berbagai kemaksiatan mudah terjadi. sistem ini pun telah melahirkan individu masyarakat yang kering dari sisi ruhiyah agamanya, dan hanya mengejar materi atau duniawi. Selain itu, tidak adanya jaminan keselamatan dari negara bagi rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *