Oleh: Nonika Tri Malinda
Unggahan All Eyes on Rafah membanjiri media sosial instagram hingga mencapai lebih dari 4,5 juta pengguna. Unggahan ini untuk mendukung warga Palestina yang saat ini sedang mengungsi di Rafah akibat serangan Israel.
Sejak 7 Oktober 2023 Israel terus membombardir Palestina melalui bom rudal, jumlah korban pun mencapai puluhan ribu, dari mulai tentara Hamas, tenaga kesehatan hingga warga sipil termasuk wanita dan anak-anak.
Unggahan All Eyes on Rafah menggema di media sosial setelah rekaman video Richard Peeperkorn, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di wilayah Palestina, mengatakan pada wartawan bahwa ” Semua mata tertuju pada Rafah” yang mengacu pada aksi pasukan Israel. Dari markas besar PBB di Jenewa, Peeperkorn mengaku khawatir bencana yang tak terbayangkan jika tentara Israel melakukan serangan besar-besaran ke kota tersebut. (BBC News, 31 Mei 2024).
Tak hanya melalui media media sosial, aksi solidaritas juga ditunjukkan secara nyata malalui demo di jalan untuk mendukung Palestina. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Asia. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar Perguruan Tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel. Mereka meyakini perusahaan-perusahaan itu mendukung dan mendanai serangan Tel Aviv di Gaza.
Selama beberapa minggu terakhir, kamp protes pro-Palestina telah muncul di setidaknya tujuh universitas di seluruh Australia. Universitas Queensland (UQ) di Brisbane telah menjadi tempat berkumpulnya kamp-kamp yang dihuni oleh para anggota Student for Palestine yang dikepung Israel di Gaza. (CNBC, 11 Mei 2024).