Selain itu, dalam sistem ini pun sungguh sangat mustahil menangani banjir secara tuntas, karena masalah rakyat dirasakan sebagai beban bagi penguasa. Dalam sistem kapitalisme- sekularisme, hubungan pemimpin dan rakyat berdasarkan pada asas untung- rugi, bukan asas ri’ayah (mengatur urusan rakyat). Interaksi yang ada diibaratkan seperti transaksi antara penjual dan pembeli, negara sebagai penjual dan rakyat sebagai pembelinya. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan- kebijakan atau penanganan yang diberikan oleh pemerintah, yang seolah-olah tidak pernah serius menyelesaikan masalah yang menimpa rakyat, termasuk dalam masalah banjir ini.
Meskipun telah dibuat tanggul sementara untuk mencegah banjir, namun tanggul-tanggul tersebut tidak cukup kuat untuk menahan besarnya air yang mungkin lebih besar dari banjir sebelumnya, sehingga banjir pun tidak bisa dielakkan.
Hal tersebut berbeda dengan penanganan yang dilakukan oleh sistem Islam, yang memiliki konsep bahwa keselamatan dan kenyamanan rakyat adalah hal utama. Sebagai agama yang sempurna, Islam menetapkan bahwa tata kelola wilayah harus berasas pada pengaturan urusan rakyat (umat), untuk kesejahteraan dan keamanan mereka, tidak untuk syahwat penguasa dan pengusaha, dengan menzalimi rakyat banyak.
Termasuk dalam hal pengelolaan tata ruang, untuk pemukiman penduduk, dan pembangunan infrastruktur, negara akan berupaya memberikan pemukiman yang layak, nyaman dan tentunya jauh dari daerah yang rawan akan bencana alam seperti halnya banjir.
Sejarah Islam pun telah mencatat, bagaimana gemilangnya sistem Islam melakukan upaya preventif (pencegahan) terkait masalah banjir. Berbagai bendungan dibangun untuk mencegah banjir maupun keperluan irigasi. Contohnya, seperti di Provinsi Khuzestah daerah Iran Selatan, sampai saat ini masih berdiri dengan kokohnya bendungan-bendungan yang dibangun di masa lalu untuk kepentingan irigasi dan pencegahan banjir.
Jikapun terjadi banjir, maka akan diselesaikan secara tuntas, dengan menyelesaikan akar permasalahannya, karena pemimpin dalam sistem Islam paham betul akan tanggung jawabnya yang besar, yang tentunya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak di hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
” Seorang imam (pemimpin) adalah raa’in (pengurus)rakyat. Ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya”. ( HR. Al-Bukhari).
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.