OpiniOpini

Kemuliaan Rajab dan Kepemimpinan dalam Islam

385
×

Kemuliaan Rajab dan Kepemimpinan dalam Islam

Sebarkan artikel ini
0-2880x6496-0-0#

Oleh : Lilik Solekah, SHI. ( Ibu Peduli Generasi)

Ya Allah, berkahi kami pada bulan Rajab, dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan, serta ampunilah dosa-dosa kami. Aamiin. Jangan lupa Saat ini kita berada dalam Bulan Rajab. Bulan yang menyimpan peristiwa sejarah penting bagi umat Islam. Salah satunya adalah Tragedi Penghapusan Khilafah Utsmaniyah pada tanggal 28 Rajab 1342 H (3 Maret 1924 M) oleh Mustafa Kemal Ataturk. Seorang yang berasal dari etnis Yahudi Dunama yang merupakan antek Inggris.Dan Khilafah Utsmaniyah merupakan khilafah terakhir bagi umat Islam.

Penghapusan Khilafah Utsmaniyah menandai sekularisasi di Dunia Islam. Dimana agama dipisahkan dari kehidupan manusia.Penghapusan Khilafah juga menandai dimulainya penderitaan kaum Muslim di seluruh dunia hingga saat ini.

Nestapa Dunia Tanpa Khilafah

Khilafah adalah satu-satunya sistem pemerintahan di dalam Islam. Istilah Khilafah dan Khalifah, jamaknya Khulafa’, bukanlah istilah yang asing di kalangan kaum Muslim sepanjang zaman; kecuali orang yang jahil tentang Islam.

Dalam sejarah Islam, era Khilafah dimulai sebagai kelanjutan dari Daulah Islamiyah yang didirikan oleh Rasulullah saw. di Madinah. Pasca beliau wafat, para Sahabat kemudian mengangkat khalifah dan menegakkan Khilafah. Dimulailah era Khulafaur Rasyidin. Setelah itu berturut-turut dilanjutkan dengan Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah dan terakhir Khilafah Utsmaniyah.

Khilafah Utsmaniyah merupakan Kekhalifahan Islam terbesar. Menurut Philip K. Hitti dalam History of the Arabs, Khilafah Utsmaniyah berjaya antara 1517-1924 M. Namun, sejak Khilafah Utsmaniyah dihapuskan, Dunia Islam terus mengalami kemunduran. Disusul dengan berbagai prahara dan bencana yang menimpa umat Islam di seluruh dunia. Hal itu terus berlangsung tanpa henti hingga hari ini. Benarlah apa yang dinyatakan oleh Imam Ahmad ra., dalam riwayat Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan al-Hamshi:

اَلْفِتْنَةُ اِذَا لَمْ يَكُنْ اِمَامٌ يَقُوْمُ بِأَمْرِ النَّاسِ

(Akan terjadi) fitnah (kekacauan) jika tidak ada seorang imam (khalifah) yang mengurusi urusan manusia (Al-Qadhi Abu Ya’la al-Farra’, Al-Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 23).

Karena itulah para ulama menyebut Khilafah sebagai taj al-furudh (mahkota kewajiban). Dengan Khilafah, semua kewajiban di dalam agama Islam akan tertunaikan. Tanpa Khilafah, syariah Islam tak bisa diterapkan secara kaffah. Tanpa Khilafah, bahkan penyebaran risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah terhenti.

Selain itu, tanpa Khilafah, banyak kerugian yang menimpa umat Islam dan dunia secara umum. Di antaranya:

1. Dunia Islam terpecah-belah dan tertindas.

Pasca Khilafah Utsmaniyah dihapuskan, umat Islam hidup terpecah-belah atas dasar nasionalisme di lebih dari 50 negara. Akibatnya, kaum Muslim menjadi lemah. Padahal jumlah mereka banyak. Lebih dari 1,5 miliar. Namun, mereka menjadi santapan empuk negara-negara imperialis Barat. Demikianlah yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina, Kashmir, Afghanistan, Irak, Muslim Rohingya, Uighur, dll.

2. Kekayaan alam negeri-negeri Muslim dirampok.

Negeri-negeri Muslim adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Namun sayang, kekayaan alam tersebut tidak dinikmati oleh umat Islam. Kekayaan alam tersebut diambil-alih oleh negara atau oleh perusahaan-perusahaan swasta baik dari dalam maupun luar negeri. Negara-negara kafir Barat pun, melalui perusahaan-perusahaannya, menjarah kekayaan alam di negeri-negeri Muslim atas nama investasi. Padahal kaum Muslim adalah pemilik seluruh sumber daya alam tersebut.

Jika ada Khilafah, Khilafah akan mengelola sumber daya alam tersebut. Kemudian hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat. Baik dalam bentuk fasilitas maupun pelayanan berupa pendidikan dan kesehatan gratis serta hal lainnya yang menjadi kebutuhan pokok rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *