Oleh : Risnawati
(Pegiat Literasi )
Wacana kementerian gemuk mulai ramai jadi perbincangan publik. Melansir dalam laman akarta (ANTARA) – Direktur Riset & Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI Ibnu Dwi Cahyo menilai pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang akan dilantik pada Oktober mendatang layak memiliki susunan kabinet yang banyak atau gemuk.
Dengan syarat kabinet gemuk tersebut harus diisi orang-orang yang memiliki kemampuan dan latar belakang pengalaman yang sama dengan kementerian yang akan dipimpin.
“Prabowo harus menempatkan orang-orang terbaik dan profesional yang sesuai dengan kebutuhan kementerian tersebut,” kata Ibnu dalam siaran persnya.
Telaah Akar Masalah
Pemerintah saat ini sedang menyusun komposisi menteri ini sebelum pelantikan mendatang. Dalam hal ini, mereka memberi jaminan bahwa kabinet yang akan dibentuk akan jauh dari nuansa bagi-bagi kekuasaan.
Hanya saja, sebagian pengamat mengatakan bahwa model Kabinet seperti itu merupakan ilusi dan hampir mustahil dipakai pada koalisi yang over kapasitas. Bagaimana pun pemerintahan yang terbangun dalam habitat politik demokrasi sekular harus siap dituntut untuk merangkul semua partai politik yang memberi dukungan. Artinya, meski para menteri atau pejabat ini benar-benar dipilih karena keahlian dan bukan orang partai, akan tetapi rakyat selalu berada pada keresahan yang tak berujung.
Sehingga, konsekuensi dari kementerian gemuk akan melahirkan banyak anggaran untuk memenuhi kuota setiap menteri misalnya untuk gaji para Menteri makin besar. Hal ini bisa beresiko bertambahnya utang negara dan naiknya pajak. Bahkan besar kemungkinan akan tumpang tindih, temasuk dalam membuat kebijakan, sehingga tidak efektif efisien. Juga ada resiko perbesar celah korupsi. Dan belum jaminan kepentingan rakyat makin menjadi perhatian. Hal ini terkait dengan sistem pemerintahan yang dianut, yang justru banyak berpihak pada para pemilik modal. Bukan pada kesejahteraan rakyat.
Kepemimpinan Dalam Timbangan Islam
Islam berpandangan bahwa seorang pemimpin adalah pelindung bagi rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya. Ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya, kelak ia akan dimintai pertanggungjawabannya di hari kiamat atas amanah kepemimpinannya itu. Sebagaimana hadits Rasulullah saw., “Imam adalah raa’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari).
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).