Opini

Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas, Realistis atau Utopi?

188
×

Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas, Realistis atau Utopi?

Sebarkan artikel ini

Siti Supatmiati

Di tengah banyaknya permasalahan yang dihadapi sejumlah keluarga di Indonesia, pemerintah menyelenggarakan Hari Keluarga Nasional ( Harganas ) yang ke 31 tahun 2024 dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas” (Sabtu 29 Juni 2024). Menurut Menko PMK Muhadjir Effendi, keluarga merupakan penentu dan kunci dari kemajuan suatu negara. Oleh karena itu pemerintah sedang berusaha untuk menyiapkan keluarga yang berkualitas dan memiliki daya saing. (Muslimah.news.com 30 Juni 2024)

Keluarga merupakan sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Sehingga pemerintah berupaya mewujudkan keluarga yang berkualitas, dengan mempersiapkan prenatal (masa sebelum kehamilan), masa setelah kehamilan, dan masa 1000 hari pertama kehidupan manusia. Dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang paling berperan dalam mengawal semua upaya tersebut.

Namun kenyataannya saat ini banyak permasalahan yang dihadapi oleh sebagian keluarga. Mulai dari permasalahan kesulitan ekonomi keluarga, yang mengakibakannya terlibat ke dalam pinjaman online (Pinjol), keadaan ini juga menyebabkan meningkatnya angka stunting pada anak-anak balita karena kekurangan gizi. Permasalahan lain dalam keluarga adalah banyaknya anak-anak yang terjerumus dalam pergaulan bebas, sebagai akibat kurangnya perhatian dan pendidikan dari orang tua serta pengaruh tontonan dari Hand Phone. Maraknya keluarga yang mengikuti judi online berakibat meningkatkannya angka perceraian di Indonesia. Keadaan ini menjadikan sulitnya membentuk keluarga yang berkualitas.

Seluruh permasalahan yang ada saat ini, merupakan akibat dari diterapkannya paham kapitalisme liberalisme, dengan empat asas kebebasannya. Dalam sistem ini masyarakat bebas melakukan apapun tanpa terikat dengan aturan agama (sekuler). Sehingga banyak perbuatan masyarakat yang menyimpang dari aturan agama seperti pinjol, judi online, perzinahan, selain itu pendidikan yang kurang berbasis agama, mengakibatkan banyak masyarakat yang kurang memahami ajaran agamanya dengan benar. Tujuan perbuatan dalam sistem ini hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *