Oleh: Sriyama
(Relawan Media)
Organisasi Pangan Dunia atau FAO dalam laporannya Global Report on Food Crises 2024, mengungkapkan bahwa masih banyak kelaparan akut di 59 negara, meningkat sebanyak 282 juta orang atau dengan kata lain, 1 dari 5 orang di negara tersebut mengalami kelaparan akibat permasalahan pangan akut (CNBC Indonesia, 4/5/2024).
Kenaikan ini disebabkan meningkatnya cakupan krisis pangan dan penurunan tajam ketahanan pangan, terutama di Jalur Gaza dan Sudan. Selama empat tahun berturut-turut, proporsi orang yang menghadapi kerawanan pangan sudah tinggi. Anak-anak dan perempuan berada di garis depan krisis kelaparan ini, dengan lebih dari 36 juta anak di bawah usia 5 tahun kekurangan gizi akut di 32 negara.
Dampak Penerapan Sistem Ekonomi Kapitalisme
Masalah kelaparan yang melanda dunia hari ini dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme gobal di dunia. Sistem ini mengakibatkan sebagian besar kekayaan alam dimiliki hanya segelintir orang saja.
Sistem kapitalisme menafikan kepemilikan umum atau publik, sementara liberalisasi kepemilikan yang bias di akui dan diberlakukan sehingga siapa yang memiliki modal besar akan diberi jalan untuk melakukan penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang sesungguhnya milik rakyat.
Konsep kapitalisme menjadikan sebagian umat sulit mengakses kebutuhan pokoknya berupa pangan. Kalaupun diberikan akses, harus membayar dengan harga yang mahal, sebab liberalisasi sumber daya alam oleh pihak swasta dan pemilik modal meniscayakan kapitalisasi yang orientasinya adalah untung besar.
Terlihat jelas pemerintah terus melibatkan para korporasi dalam produksi dan distribusi pangan. Korporasi memiliki peran besar dalam mengendalikan pangan, mulai dari produksi hingga distribusi yang seringkali melakukan kartel, spekulan, penimbunan dan lain-lain.