Oleh Agus Susanti
Aktivis Dakwah Serdang Bedagai
Kasus gagal ginjal dan cuci darah memang belakang menjadi pembahasan yang sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, beredar beberapa kasus yang mengenai seorang pemuda yang masih duduk di bangku sekolahan, namun sudah harus mengikuti proses cuci darah secara rutin. Hal ini dikarenakan kerusakan yang sudah akut pada ginjalnya.
Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Eka Laksmi Hidayati dalam sebuah live Instagram RSCM Official mengatakan, penyebab yang paling kuat sehingga berakibat gagal ginjal adalah pola hidup/ lifestyle yang tidak sehat. Yakni mengkonsumsi makanan dan minuman kemasan yang berakibat diabetes dan berakhir pada penurunan fungsi ginjal. (CNN Indonesia, Jum’at 26/7/2024)
Meskipun pemerintah dan pihak Rumah sakit mengklaim bahwa tidak ada kenaikan kasus gagal ginjal pada anak. Namun yang harus menjadi perhatian adalah faktor yang mengakibatkan rusaknya fungsi ginjal adalah makanan dan minuman instan yang terbukti menyalahi standar gizi, atau batas maksimum dalam penambahan zat yang bisa berdampak buruk bagi yang mengkonsumsinya.
Meskipun pemerintah sudah memberikan aturan berupa batasan yang diijinkan, namun hal tersebut nyatanya tidak berpengaruh bagi industri makanan dan minuman. Terbukti dengan merebaknya makanan dan minuman siap saji yang tinggi pemanis buatan, pewarna makanan hingga pengawet yang digunakan.
Negara harusnya bisa memastikan keamanan pangan bagi rakyatnya. Sebab, di balik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Bila rakyat Indonesia sudah banyak yang dirusak kesehatan akibat makanan dan minuman siap saji yang beredar, maka sudah dipastikan produktifitas rakyat juga akan menurun. Apalagi bagi generasi yang kelak akan menjadi penerus bangsa.
Abainya pemerintah dalam hal ini memang suatu kewajaran dalam penerapan Kapitalisme sekulerisme. Yangmana keuntungan materi adalah sebuah keharusan untuk dicapai, tanpa memikirkan dampak negatif jangka panjang pada rakyat.