Opini

Kata “Radikalisme” Untuk Siapa? Dan Dari Siapa?

108
×

Kata “Radikalisme” Untuk Siapa? Dan Dari Siapa?

Sebarkan artikel ini

Oleh Ummu Nasywa
Member AMK dan Pegiat Dakwah

Sekitar 200 dai dan daiyah mengikuti kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan, di GSG Baitul Manshurin, Cinunuk. Diklat ini diselenggarakan oleh DPD LDII Kabupaten Bandung, dengan tujuan untuk memperkuat pemahaman bagi para pendakwah hingga mampu menyampaikannya dengan sejuk, toleran dan dapat diterima masyarakat.

Dicky Harun sebagai Ketua DPW LDII Jawa Barat mengatakan bahwa diklat ini sengaja digelar bertepatan dengan tanggal 11 September 2001, di mana pada saat itu terjadi radikalisme oleh teroris dengan tragedi runtuhnya Gedung WTC. Menurut Dicky materi yang diberikan kepada para peserta sangat relevan sesuai kebutuhan rakyat. Diharapkan sesudah mengikuti pelatihan tersebut para dai dan daiyah memahami dengan baik agar dapat menjalankan dakwah yang menyejukkan. Acara ini pun didukung oleh Rumah Moderasi Beragama UIN yang memberikan strategi untuk menghadapi masyarakat yang heterogen. (www.rri.co.id, 11/9/2024)

Miris dan prihatin dengan kondisi saat ini, di mana para ulama maupun umat sangat jauh dari pemahaman politik Islam. Sehingga tidak mampu mengenali, mengkritisi serta membongkar habis narasi-narasi yang dibuat oleh musuh-musuh Islam. Kata Radikal selalu disematkan kepada kaum muslimin yang berusaha mempertahankan ajarannya. Peristiwa 911 yang menghancurkan menara WTC yang menjadi tonggak bagi AS untuk mengobarkan perang melawan terorisme (yang sesungguhnya ditujukan pada umat muslim) untuk mengokohkan hegemoninya di dunia.

Pemilihan tanggal yang dikaitkan dengan momen 911 ini tentu sangat disayangkan. Karena menunjukkan betapa rendahnya taraf berpikir dan kesadaran politik para ulama dan umat. Perlu diingat bahwa peristiwa penghancuran gedung WTC hanyalah rekayasa dan sekenario yang dibuat oleh Barat untuk memuluskan program war on terrorism (perang melawan terorisme). Dengan sasaran negeri-negeri muslim seperti: Palestina, Irak, Afganistan dan lainnya. Padahal penyematan teroris sesungguhnya layak diarahkan pada negara-negara yang telah nyata-nyata melakukan genosida, menjajah, menzalimi, menyakiti kaum muslim seperti Israel, AS dan China.

Terkait radikalisme, pada dasarnya sasaran yang mereka tuju adalah sebagai berikut: Pertama, kepemimpinan Islam. Barat meyakini bahwa keberadaannya akan menjadi ancaman. Karena bisa menyatukan umat di seluruh penjuru dunia dan menerapkan Islam secara kafah pada berbagai aspek kehidupan.

Kedua, mengokohkan ide sekularisme. Di mana umat sengaja dijauhkan dari syariat. Narasi-narasi moderasi atau Islam moderat yang ramah, sejuk, toleran, tidak radikal dan lain-lain, sengaja digaungkan untuk membuat umat menjadi tidak fanatik terhadap ajarannya. Sekalipun dihina, SDA nya dirampas, dijajah dan dijarah, mereka akan memilih diam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *