OpiniOpini

Kasus HIV-AIDS Meningkat, Status Darurat?

142
×

Kasus HIV-AIDS Meningkat, Status Darurat?

Sebarkan artikel ini

 

Oleh: Hamsina Ummu Ghaziyah

(Pegiat Literasi)

 

Makassar, kota yang terletak di Sulawesi Selatan ini cukup familiar dikenal oleh banyak orang karena makanan khasnya Coto Makassar. Oleh sebab itu, Makassar tidak hanya disebut sebagai Kota Daeng tetapi juga disebut sebagai Kota Coto yang menjadi lambang ciri khas makanan di kota Sulawesi Selatan tersebut.

 

Namun beberapa waktu lalu, Kota Daeng (Makassar) sempat menjadi sorotan publik bukan karena wisata kulinernya melainkan tingginya angka kasus HIV-AIDS di kota tersebut. Tingginya angka kasus HIV-AIDS di kota Daeng (Makassar) pasalnya mencapai 80 persen itu terhitung selama 2024. Selain Makassar, ada beberapa kota/kabupaten di Sulawesi Selatan yang menjadi tempat penyebaran kasus HIV-AIDS sehingga jika ditotalkan jumlah kasus tersebut menjadi 1463.

 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, Ishaq Iskandar, melaporkan bahwa jumlah kasus positif HIV sejak Januari hingga September 2024 mencapai 1463. (Tribunnews.com,17/11/2024)

 

Setelah Makassar yang menjadi peringkat teratas menjamurnya HIV-AIDS, di wilayah Sulawesi Selatan lainnya termasuk Kabupaten Gowa menempati urutan kedua dengan 98 kasus positif HIV-AIDS. Kemudian disusul oleh Kota Palopo yang mencatat 75 kasus selama sembilan bulan terakhir. Diperingkat keempat ada Kabupaten Bone dengan 66 kasus positif HIV-AIDS. Terakhir disusul dengan peringkat kelima Kabupaten Toraja Utara dengan 57 kasus positif HIV-AIDS, dan masih ada beberapa kota/kabupaten lainnya yang positif penyebaran HIV-AIDS.

 

Menjamurnya penyebaran HIV-AIDS disejumlah daerah di Sulawesi Selatan tentunya menjadi pusat perhatian bagi semua pihak terutama bagi pemerintah daerah. Dari penelusuran yang didapati terkait faktor risiko, Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mencatat penyebab utama penularan HIV-AIDS diantaranya seks sesama jenis pria menjadi faktor risiko terbesar dengan 663 kasus. Selain itu, faktor risiko waria tercatat 63 kasus, faktor pasangan 40 kasus , dan pelanggan seks 67 kasus. Sementara itu, 364 kasus yang disebabkan oleh faktor lain.

 

Sementara itu, bedasarkan catatan Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan menurut golongan usia tahun 2005-Mei2023 yang positif terjangkit kasus HIV-AIDS meningkat hampir setiap tahunnya diantaranya banyak terjadi pada golongan usia dewasa akhir dengan kategori usia 25-49 tahun yang terjadi pada tahun 2022. Data ini meningkat pada tahun 2023 dari bulan Januari -Mei dengan persentase tertinggi 57%. Dan kategori usia 15-24 tahun dengan persentase 35% dimana usia ini berisikan anak remaja yang beranjak dewasa. Bukan hanya usia remaja dan dewasa tapi untuk kategori lansia juga memiliki bagian sebesar 5% angka yang cukup rendah jika dibandingkan dengan dua kategori sebelumnya.

 

Melihat tingginya angka kasus HIV-AIDS di Sulawesi Selatan, pemerintah daerah setempat terkhususnya Kota Makassar mencoba melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi tingginya angka kasus HIV-AIDS yang terjadi di wilayah tersebut.

 

Anggota Komisi D DPRD Makassar, Mario David mengungkapkan, kasus HIV-AIDS ini menjadi masalah di kota-kota besar. Legislatif pun mencoba segala cara untuk menanganinya. Salah satu yang diupayakan oleh wakil rakyat ada dengan pembentukan Perda (Peraturan daerah) LGBT. Kini Perda tersebut masih dalam antrean Bapemperda. (Fajar.co.id,27/4/2024)

 

Mario David juga mengatakan, di Indonesia semua agama sepakat bahwa LGBT adalah bentuk penyimpangan dan dilarang. Lebih lanjut, Ia juga menambahkan bahwa penyakit HIV-AIDS dipengaruhi dua faktor antara lain seks bebas dan narkoba.

 

Kita semua sepakat bahwa penularan HIV-AIDS adalah akibat dari hubungan seks bebas. Selain itu, penularannya juga bisa melalui penggunaan napza suntik (narkoba) dan pelakunya tidak hanya dari kalangan orang dewasa bahkan usia remaja pun rentan melakukan seks bebas dan narkoba bahkan hingga usia lansia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *