Oleh : Fira
mahasiswa telkom
Baru-baru ini terdapat kasus bunuh diri seorang mahasiswi kedokteran Anestesi dari PPDS UNDIP kota semarang yang bernama Aulia Risma Lestari dengan cara menyuntikkan obat bius jenis Roculax ke dalam tubuhnya, mahasiswi tersebut melakukannya di kamar kos dengan kondisi kamar terkunci. Ia baru ditemukan oleh teman dekatnya yang tinggal satu kos pada hari senin sekitar pukul 21.30.
Melalui dugaan tersebut, mahasiswi ini melakukan bunuh diri lantaran ia tak kuat untuk menahan perundungan yang dilakukan oleh seniornya, Didapatkan juga melalui bukti catatan harian (buku diary) yang diduga menjadi saksi atas penderitaan mahasiswi tersebut. Di dalam catatannya tertulis bagaimana mahasiswi tersebut merasa tersiksa dengan perundungan yang dilakukan oleh seniornya.
Ternyata kasus bunuh diri ini tidak terjadi kepada mahasiswa UNDIP saja, beberapa mahasiswa lainnya juga ada khususnya di kota semarang. Persoalan yang disebabkan antara lain karena perundungan, masalah asmara/ percintaan, ekonomi, kesehatan mental dan lain sebagainya.
Meningkatnya kasus bunuh diri di lingkungan kampus memang harus mendapat perhatian serius. Fenomena sosial yang tragis lagi miris ini dipengaruhi banyak faktor. Sistem kehidupan sekuler telah mereduksi pandangan hakiki manusia sebagai hamba Allah SWT, di antaranya dari mana ia berasal, untuk apa ia diciptakan, dan akan ke mana setelah kematian.
Dalam pandangan kapitalisme sekuler, tujuan hidup manusia yaitu untuk meraih sebanyak-banyaknya materi dan kesenangan dunia sehingga ketika hal itu tidak tercapai, ia merasa gagal dan mudah menyerah dalam hidup. Dari hal tersebut munculnya gangguan cemas, stres, depresi, dan sejenisnya yang memicu seseorang berniat untuk melakukan bunuh diri.
Sistem pendidikan sekuler juga menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak manusiawi. Semisal bullying atau rasa superioritas senior terhadap junior akan tetap menjadi borok dalam pendidikan sekuler. Pasalnya, sistem sekuler kapitalisme membentuk kesenjangan nyata yang memicu aksi bullying. Yang kaya menindas yang miskin. Yang pintar menghina yang lambat menerima pelajaran atau pengetahuan. Di sisi lain, tujuan pendidikan hanya berkutat pada target menjadi lulusan berprestasi yang sifatnya materi dan mengejar kesenangan duniawi. Bukan untuk menuntut ilmu dan menjadi manusia beradab serta berakhlak mulia.
Kondisi ini jauh berbeda tatkala sistem Islam diterapkan. Penerapan sistem Islam kafah mewujudkan generasi berkepribadian Islam, cendekiawan yang cerdas, dan berperadaban mulia.
Pendidikan dalam islam yang dibentuk sudah terstruktur dan sistematis serta memiliki misi untuk menciptakan manusia sebagai abdullah (hamba Allah) dan khalifah Allah di muka bumi yang berarsaskan akidah Islam. Asas tersebut yang menjadikan dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, perkembangan budaya, dan interaksi semua komponen penyelenggara pendidikan.