- Oleh Ummu Nasywa
Member AMK dan Pegiat Dakwah
Di Pendopo Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) bekerja sama dengan Pemkab setempat mengadakan kegiatan Rembug Stunting. Sebanyak 100 peserta yang terdiri dari ibu menyusui dan balita yang berpotensi mengidapnya diundang dalam kegiatan ini. Yeni Herlina selaku ketua IKWI mengatakan bahwa acara yang digelar kali pertama ini adalah dalam rangka memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan RI. (ayobandung.com, 30 Agustus 2024)
Kadinkes menyatakan bahwa angka prevalens stunting di Kabupaten Bandung memang masih tinggi yakni mencapai 29 persen. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah, swasta, masyarakat termasuk IKWI, pihaknya berharap masalahnya bisa menurun. Muhamad Hairun yang menjabat sebagai Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Bandung menambahkan bahwa untuk menangani kasus ini sangat dibutuhkan partisipasi semua pihak, termasuk dari kalangan media. Harun sangat mengapresiasi kegiatan tersebut, meski demikian ia pun mengakui bahwa masalah ini sebenarnya adalah urusan pemerintahan, baik kabupaten, kecamatan sampai pemerintahan desa.
Kegiatan positif yang dilakukan IKWI Kabupaten Bandung yang turut serta berpartisipasi dan berkontribusi nyata dalam penyelenggaraan percepatan penurunan stunting ini patut diapresiasi. Namun kerja tersebut dipastikan akan berat jika hanya ditopang oleh lembaga semisal (IKWI) maupun lembaga lainnya. Perlu melibatkan negara dalam menyelesaikannya.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah nutrisi kronis sejak bayi dalam kandungan sampai masa awal anak lahir. Setelah berusia 2 tahun biasanya terlihat perawakannya lebih pendek. Faktor utama yang menjadi pemicu terbesar adalah pemenuhan gizi anak di tengah keterpurukan ekonomi dan melambungnya harga-harga. Apalagi terjadinya gelombang PHK dan pengangguran. Bagaimana para pencari nafkah bisa memenuhi kebutuhan keluarganya?
Ada lagi munculnya banyak kasus anak yang alami stunting dari pola konsumsi makanan yang salah. Asupan yang dikonsumsi jauh dari standar layak dan bermanfaat bagi tubuh. Inilah akibat bercokolnya kapitalisme yang hanya memikirkan keuntungan pribadi dalam berproduksi. Yang dipikirkan hanyalah keuntungan secara materi, namun abai akan pengontrolan sisi kebahayaan yang beredar di tengah masyarakat.
Penyediaan lapangan kerja, edukasi ke tengah-tengah keluarga terkait pola konsumsi bagi anak, kemudian berlimpahnya makanan maupun minuman yang tidak sehat bagi anak, semuanya butuh peran negara. Artinya jika negara masih menerapkan kapitalisme sekular, stunting akan sulit diatasi.
Kapitalisme meniscayakan SDA berlimpah diserahkan pengelolaannya kepada swasta. Sehingga negara tidak memiliki kemampuan menyediakan lapangan kerja yang luas. Untuk edukasi, negara seringkali melakukannya melalui berbagai penyuluhan. Namun sayang solusi tidak mengakar.