Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) meluruskan isu viral tentang banyaknya anak-anak yang menjalani cuci darah di RSCM. Dia menegaskan meski memang ada anak yang menjalani hemodialisis di RSCM, kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan. “Jadi kita cukup kaget ya karena ada berita-berita terkait ini, padahal di RSCM kita tidak mengalami lonjakan,” ujar dr. Eka dalam siniar di RSCM Kencana, Kamis (25/7/2024). (health detik.com, 27-07-2024).
Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena gagal ginjal. Dokter mengungkap salah satunya adalah kebiasaan konsumsi makanan dan minuman kemasan yang tinggi gula. Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Eka Laksmi Hidayati mengatakan pola hidup tidak sehat mendominasi faktor penyebab gagal ginjal. (cnnindonesia.com, 26-07-2024).
Sekalipun isu viral tersebut telah diluruskan, kasus ini harus tetap menjadi perhatian negara. Karena bagaimanapun juga kasus gagal ginjal pada anak-anak masih tetap ada.
*Butuh Perhatian Negara*
Kurang lebih dua tahun yang lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap ada 241 anak yang terkena gagal ginjal akut (GGA) misterius di Indonesia. Total pasien yang meninggal tercatat 133 kasus. Tren peningkatan kasus melonjak sejak Agustus 2022. Kasus ini ditemukan di 22 provinsi. Terkait hal ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan penelitian Kemenkes mendeteksi tiga zat kimia berbahaya, yakni etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butil ether (EGBE) pada tubuh pasien balita yang terkena GGA. Bahan-bahan tersebut juga diduga menjadi pemicu puluhan kasus GGA yang ditemukan di Gambia, Afrika Tengah, yang diduga akibat mengonsumsi obat batuk sirop buatan India.
Itu persoalan terkait GGA yang disebabkan dari penggunaan obat sirop. Sedangkan saat ini, kasus gagal ginjal cenderung pada konsumsi panganan yang tidak menyehatkan yang banyak dikonsumsi anak-anak terutama yang mengandung pemanis. Pendeteksian dini masih lemah di negeri ini, hingga ledakan kasus bisa saja terjadi jika gaya konsumsi masyarakat masih pada tataran enak dimulut namun tidak menyehatkan. Sayangnya, makanan yang tidak menyehatkan itu melanglang buana ke mana-mana, dan nir perhatian serta edukasi untuk para orangtua agar tidak sembarang memberikan makanan pada anak-anaknya. Terkadang, tanpa memperhatikan kandungan dari bahan makanan kemasan yang dibeli, para orangtua begitu saja membelikan anak-anaknya makanan yang sangat berisiko pada kesehatannya.
Belum lagi health seeking behavior atau perilaku yang dilakukan untuk memperoleh kesembuhan masyarakat Indonesia, termasuk lemah di antara negara-negara ASEAN. Hal ini tampak dari data bahwa sekitar 70% penduduk Indonesia lebih memilih untuk mengobati sendiri jika sakit, kondisi ini tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Realitasnya, layanan kesehatan yang pemerintah sediakan memang masih minim dan terbatas. Tidak heran, pada akhirnya banyak terjadi keterlambatan pendeteksian sehingga terlambat terdiagnosis, terlambat dirujuk, ataupun terlambat ditangani. Terlebih, GGA ini banyak menimpa daerah-daerah yang layanan kesehatannya terbatas.
Tingginya kasus GGA di daerah juga tersebab layanan cuci darah untuk anak atau hemodialisis yang terbatas di layanan kesehatan. Jangankan tingkat kabupaten, tingkat provinsi saja belum tentu semuanya punya perangkat hemodialisis anak. Jelas, kondisi ini menunjukkan negara lalai sekaligus membuka borok atau kelemahan layanan sistem kesehatan kita yang masih sangat terbatas.
*Paradigma Islam Terkait Pemeliharaan Jiwa*
Sungguh edukasi dan peran aktif pemerintah sangat dibutuhkan. Karena saat ini faktor yang turut menyulitkan penanggulangan suatu kejadian kesehatan luar biasa adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah sehingga berkontribusi pada tingginya jumlah kasus dan angka kematian termasuk karena gagal ginjal.
Kasus gagal ginjal menyangkut urusan nyawa. Selain melakukan penanggulangan kuratif, pemerintah semestinya melakukan tindakan preventif berupa mitigasi risiko dari sisi riset keamanan makanan. Masyarakat juga membutuhkan edukasi kesehatan sesegera mungkin terkait makanan agar jatuhnya korban bisa benar-benar diminimalkan.
Kasus ini dapat dimitigasi mulai dari aspek sebab, penanganan, hingga risiko. Apalagi, kasus gagal ginjal ini menimpa anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Keberadaan mereka semestinya menjadi aset peradaban yang tidak boleh diabaikan.
Nyawa adalah anugerah Allah Ta’ala yang begitu dijaga dan dilindungi dalam Islam. Jiwa manusia mendapatkan perlindungan kuat dan pemeliharaan yang terjamin. Tidak ada agama yang begitu menghargai dan melindungi nyawa manusia melebihi Islam. Paradigma sistem saat ini sungguh jauh dari Islam.
Dalam Islam nyawa manusia harus diutamakan. Oleh karena itu, menjaga keselamatan hidup adalah satu perkara pokok yang harus menjadi perhatian negara apalagi negara ibarat junnah, atau perisai bagi rakyatnya.
Rasulullah saw. dalam riwayat An-Nasa’i dan Tirmidzi, bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ