Oleh: Izzah Saifanah
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Suyuti Syamsul, menegaskan kebutuhan dokter saat ini masih banyak. Lantaran apabila mengikuti rasio baru, setiap seribu penduduk, memerlukan satu orang dokter. “Permasalahan tidak meratanya penyebaran tenaga kesehatan ini merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini karena kebanyakan terkonsentrasi hanya di perkotaan. Oleh karena itu hal ini juga harus mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi,” katanya.
Biaya sekolah kesehatan memang dikenal mahal dan belum mampu terjangkau masyarakat akar rumput. Belum lagi kemiskinan yang terus membayangi kehidupan ekonomi masyarakat. Mereka yang mampu secara finansial dan mumpuni kecerdasannya, mungkin memiliki kesempatan menggapai pendidikan kesehatan hingga perguruan tinggi.
Akan tetapi, bagaimana yang tidak memiliki kemampuan keduanya? Apakah mereka tidak memiliki hak yang sama? Inilah yang mestinya menjadi perhatian utama dalam membahas SDM kesehatan. Harusnya seluruh rakyat dapat mengenyam pendidikan secara merata. Sayangnya, sistem pendidikan ala kapitalisme sulit mewujudkannya sebab sektor pendidikan sudah dikapitalisasi. Makin ke sini, biaya pendidikan kesehatan kian tinggi.
Saat ini, jumlah SDM kesehatan di Indonesia mencapai 1.182.024 orang, terdiri dari 73,13% tenaga kesehatan dan 26,87% tenaga penunjang kesehatan. Tentu saja jumlah ini masih jauh dari tersedianya kebutuhan tenaga kesehatan. Belum lagi jika kita dihadapkan dengan distribusi dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia yang belum merata hingga menjangkau pelosok desa. Melihat realitas ini, SDM kesehatan masih banyak PR-nya.
Islam memiliki mekanisme dalam memenuhi jaminan kesehatan untuk rakyat, yakni
Pertama, penyediaan infrastruktur dan fasilitas kesehatan yang memadai. Pada zaman pertengahan, hampir semua kota besar di masa Islam memiliki RS. Di Kairo, RS Qalaqun dapat menampung hingga 8.000 pasien. Semua RS di negara Islam juga dilengkapi dengan tes kompetensi bagi setiap dokter dan tenaga kesehatan. Bahkan, RS di negara Islam menjadi favorit para pelancong asing yang ingin merasakan sedikit pelayanan mewah tanpa biaya karena seluruhnya bebas biaya. Namun, apabila terbukti tidak sakit, mereka akan disuruh pergi karena kewajiban menjamu musafir hanya tiga hari. (Al-Wa’ie).