Oleh Nuni Toid
Pegiat Literasi
Miris dan memprihatinkan, itulah pemandangan yang didapati saat menjambangi Pasar Sehat Cileunyi (PSC). Betapa tidak? Sejak awal berdirinya di tahun 2011, tempat ini selalu didera permasalahan pelik. Mulai dari adanya relokasi dan revitalisasi yang memicu adanya konflik dan ketegangan di antara para pedagang, masalah infrastruktur jalan, maraknya pedagang kaki lima, hingga tumpukkan sampah yang membuat tidak nyaman banyak pihak. Padahal para penjual dipungut biaya kebersihan setiap harinya oleh pengelola dan paguyuban (kejakimpolnews.com, 19/10/24).
Masalah sampah seharusnya segera ada penyelesaian, karena bisa berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan. Bisa menjadi sumber penyakit, pencemaran udara, serta banjir. Apalagi jika dibiarkan hingga menumpuk di lingkungan pasar, tentu mengakibatkan para penjual dan pembeli merasa tidak nyaman dalam bertransaksi.
Mengatasi masalah sampah dibutuhkan kesadaran individu warga agar tidak membuang sampah sembarangan. Harus bisa menyortir mana yang organik, dan anorganik. Cara ini penting dilakukan supaya tidak menimbulkan senyawa-senyawa aktif yang dapat membahayakan kesehatan manusia akibat tercampurnya semua jenis limbah.
Jika kesadaran masyarakat belum muncul, maka peran negara sangat penting sebagai penanggung jawab seluruh urusan rakyatnya. Mulai dari mengedukasi masyarakat sampai menerapkan sanksi bagi yang melanggar.
Menurut jurnalis bernama Dandhy Laksono, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi limbah. Pertama, di level kultural, masyarakat setidaknya diedukasi untuk mengurangi konsumsi plastik. Kedua, kebijakan politik, yakni penegakkan hukum yang tegas harus dilakukan karena level kultural dan individu berdampak kecil, sehingga dampaknya bisa dihabisi oleh semua kebijakan struktural. Jadi bukan hanya warganya yang harus sadar, negara pun sama.