Nur Inayah
Memasuki musim penghujan bencana banjir seolah-olah menjadi tamu yang sering sekali datang di berbagai wilayah di negeri ini . Masyarakat yang pemukimannya berada di bantaran aliran sungai pun sering sekali merasa was-was apabila musim penghujan telah tiba. Kecemasan ini pun turus dirasakan oleh para warga Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Air mulai menggenang pada Rabu 27 November 2024 sekitar pukul 18.00 WIB. Hingga Kamis 28 November 2024, air masih menggenang kampung tersebut. “Sudah bingung harus bagaimana lagi. Selalu banjir saat hujan turun apalagi merata di seluruh Bandung,” ujar Ega, salah seorang warga Bojongasih. Walaupun sudah terbiasa dengan genangan air, namun jika terus-terusan banjir perempuan berusia 52 tahun tersebut mengaku terganggu. Pasalnya, bukan karena harus berbasah-basahan jika ingin beraktivitas, namun lebih dari itu.
Aktivitas usahanya menjadi terganggu karena air menggenang di seluruh kampung.
Tentunya hal tersebut pun banyak juga di rasakan oleh warga lainnya yang turut terdampak akibat banjir ini.
Bencana banjir ini tentunya sudah sangat mengkhawatirkan karena selain sangat meresahkan dan mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, banjir ini pun nantinya akan membuat masalah-masalah lainnya. Mulai dari mengganggu kesehatan, rusaknya berbagai infrastruktur, sulitnya air bersih, kurangnya bahan makanan, hilangnya harta benda bahkan korban jiwa, dan masih banyak dampak lainnya .
Hal ini pun tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, tentunya harus ada solusi secara tuntas untuk menangani masalah banjir ini.
Tak dapat dipungkiri selama ini, sudah ada berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat terkait masalah banjir ini , mulai dari membuat tanggul sementara, spanduk-spanduk agar tidak membuang sampah ke sungai, pengerukan sungai dan lain sebagainya, namun tak cukup bisa menyelesaikan persoalan banjir ini, terutama ketika memasuki musim penghujan.
Dari solusi-solusi yang ada hanya sebagai solusi yang bersifat pragmatis, sama sekali tidak mampu memberikan solusi yang tuntas terkait masalah banjir ini. Karena nyatannya masalah banjir ini pun tak lepas dari adanya tata kelola wilayah dengan pembangunan perumahan yang terus meningkat hingga ke wilayah- wilayah yang seharusnya berfungsi sebagai resapan air, misalnya saja daerah di kaki gunung atau persawahan tanpa dibarengi dengan amdal ataupun salauran air beserta penghijauan yang tetap menjaga ekosistem resapan air. Hal ini disebabkan penerapan sistem sekuler-kapitalis yang memberikan kebebasan berkepemilikan kepada siapapun, salah satunya para pemilik modal, untuk investasi pembangunan perumahan ataupun infrastruktur, dan juga objek wisata, yang hanya berasaskan bisnis atau keuntungan, tanpa memikirkan akibatnya terhadap lingkungan dan masyarakat.