Opini

Islam Moderat Terus Digaungkan Ikhtiar Diplomasi

291
×

Islam Moderat Terus Digaungkan Ikhtiar Diplomasi

Sebarkan artikel ini

Oleh: Novita Ratnasari, S. Ak.

(Penulis Ideologis, Pemerhati Remaja)

Lintas iman kembali digaungkan. Sangat menjijikkan ketika harus menyaksikan mereka berjabat tangan mesra dan bersenda guru di tanah Jerussalem. Bersama para penjajah Zionis Laknatullah (Isrewel) yang notabenenya saudara seiman kita di bagian West Bank dan Gaza sedang dibombardir.

Baru-baru ini warga dibuat geram oleh postingan Zen Ma’arif di platfrom Instagram. Dalam unggahan video tersebut, ia berpidato di hadapan presiden Isrewel, perwakilan umat kristen, serta perwakilan umat Islam dengan membawa identitas NU Jakarta mengusung ide menjalin hubungan diplomatik melalui program Itrek (inspiring tomorrow’s leaders).

Melansir dari akun resmi Itrek.org bahwasanya Itrek adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun 2011. Dimana agenda dari Itrek ini berkaitan erat dengan kalangan intelektual Pro-Isrewel. Mereka yang join bersama Itrek akan melakukan perjalanan ke Isrewel untuk belajar semua bidang termasuk bisnis, hukum, kebijakan, serta, STEM dalam rangka menambah citra baik untuk Isrewel di mata dunia.

Sehingga wajar jika menimbulkan kontroversial bahkan kecaman dari berbagai kalangan. Tindakan lima oknum yang terdiri Zen Ma’arif, Munawir Aziz, Sukron Makmun, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania sangat ignorance dalam berpikir kritis. Bagaimana mungkin sejauh ini solusi dilimpahkan kepada PBB, namun hasilnya masih nol. Sedangkan tiba-tiba mengemparkan seluruh elemen masyarakat dengan diplomasi di hadapan Isaac Herzog, bahkan sekedar mendatangi Isrewel saja sudah tidak masuk akal apalagi berdialektika sembari bersendau gurau.

Warganet murka ketika Zen Ma’arif mengaku bagian dari NU (organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia) sontak Yahya Cholil Staquf selaku ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) mengatakan ke awak media ketika jumpa pers di gedung PBNU Jakarta bahwa Zenmaarif dkk. datang ke Isrewel menemui presiden Isaac Herzog bukan dari kelembagaan NU karena murni inisiatif sendiri. Sehingga seluruh konsekuensi yang akan dituai bukan tanggungjawab struktur.

Lantas apa saja yang perlu kita waspadai dan kritisi sebagai masyarakat merespon kegaduhan ini?

Pertama, Zen Ma’arif menyampaikan statement lintas iman berulang kali. Kita sebagai kaum Muslim harus bisa memahami esensi dari lintas iman terlebih dahulu. Meskipun ini bukan problema kontemporer, melainkan prodak lama yang tidak laku namun terus digaungkan dengan tujuan ingin mengenalkan Islam dengan toleransi dan kasih sayang. Mengingat akhir-akhir ini citra Islam di masyarakat Islam radikal, ekstrimis. Mirisnya jihad secara syar’i dianggap identik dengan kekerasan.

Selayaknya realitas sebelumnya, senada dengan moderasi beragama, Islam moderat, salam lintas agama, dan sekarang dipersempit lagi dengan lintas iman. Sejatinya itu semua maknanya cenderung rancu dan merugikan kaum Muslim.

Kedua, jika di kaji secara teliti dan mendalam. Kedatangan mereka di tengah-tengah kebiadaban genosida yang dilakukan Isrewel terkesan terburu-buru seperti ada tujuan dibalik sebuah misi. Rasa-rasanya di era sekarang, apabila ingin bertemu dengan orang berpengaruh selevel pemimpin negara melalui prosedur yang ada, misalnya harus bikin janji terlebih dahulu.

Lantas siapa dibalik kelima oknum tersebut? Pasti ada tenaga super power dibalik layar yang mengharapkan simbiosis mutualisme pihak yang terlibat. Ironisnya, Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) NU terafiliasi dengan jejaring Isrewel dan parahnya Zen Ma’arif bergabung dalam organisasi RAHIM (jejaring zionis isrewel) yang menjabat sebagai manager dari Penelitian Domestik.(Kilat.com, 16/07/24)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *