Oleh; Naimatul-Jannah, Aktivis Muslimah Asal Ledokombo -Jember
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (TQS. Ali ‘Imran: 110)
Dalam ayat di atas, Allah menegaskan bahwa kaum Muslimin diciptakan tidak lain dan tidak bukan untuk menjadi umat terbaik. Terbaik dari segi kejayaan negaranya, kecerdasan penduduknya, keluasan ilmu agamanya, dan kesejahteraan rakyatnya. Ironis, realitas yang terjadi justru umat ini berada di ambang kehancuran. Bagaimana tidak? Generasi yang akan mengambil tampuk kekuasaan di masa depan terjerat berbagai kasus yang menyayat hati.
Baru-baru ini terjadi kasus anak membunuh ayah dan neneknya, serta berupaya membunuh ibunya yang berlokasi di salah satu perumahan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan mengejutkan banyak pihak, terutama tetangga dan lingkungan sekolah pelaku. Pasalnya, pelaku dikenal sebagai anak yang pendiam, penurut, dan ramah kepada tetangga. Selain itu, pihak sekolah juga memberi keterangan bahwa pelaku MAS dikenal pintar, tidak menunjukkan perbuatan negatif dan gejala yang aneh selama di sekolah. Hingga saat ini, pihak kepolisian belum dapat memberikan penjelasan pasti mengenai pemicu perbuatan kejam yang dilakukan remaja tersebut. Kasus pembunuhan anak terhadap orang tua terus terjadi dengan tingkat kebengisan yang makin mengerikan. Munculnya perilaku sadis nan bengis pada generasi tidak terjadi secara tiba-tiba. Banyak faktor yang memengaruhi generasi hari ini hingga berperilaku tidak manusiawi dan kehilangan nurani serta akal sehatnya.
Penyebab Semua Itu Terjadi
Hari ini, visi misi keluarga bertakwa makin hilang dalam sistem sekuler. Pola asuh keluarga dibangun dengan paradigma sekuler kapitalisme, orang tua hanya memenuhi kebutuhan materi anak tanpa diimbangi pendidikan dan pemahaman Islam dari kedua orang tuanya. Tak sedikit orang tua terjebak dalam standar materi ala kapitalisme. Ditambah standar kurikulum pendidikan hari ini yang berubah-rubah yang tak pernah memakai aturan agama sebagai standarnya sehingga lahirlah generasi yang jauh dari agama bahkan agama hanya dijadikan sebagai formalitas belaka. Selain itu, penerapan sistem sekuler kapitalisme tidak memiliki visi dan misi membangun generasi cerdas dan bertakwa. Tujuan pendidikan hakiki pun tereduksi karena sistem pendidikan sekuler yang mengajarkan nilai-nilai kebebasan. Lahirlah kebijakan sekuler yang menjauhkan generasi dari aturan agama dan hukum-hukumnya. Standar perbuatan tidak lagi bersandar pada halal dan haram, tetapi nilai materi semata. Tolok ukur kesuksesan, kebahagiaan, kesenangan, dan kepribadian juga hanya dilihat dari aspek materi semata. Generasi pun kering dari pendidikan dan pemahaman Islam yang khas.
Selanjutnya kurangnya kontrol dan pengawasan negara sangat kurang dalam membendung konten-konten negatif yang dapat merusak generasi, seperti konten porno, kekerasan, perundungan, penyimpangan seksual, seks bebas, dan sebagainya. Sistem sanksi yang lemah yang tak pernah menjerakan, karena hanya dengan alasan anak dibawah umur yang kadang mereka termasuk seseorang yang tak layak dihukum.
Perilaku kriminal sadis yang sudah berulang kali terjadi membuktikan bahwa kerusakan generasi bukan hanya kesalahan satu aspek, tetapi sudah menjadi problem sistemis yang membutuhkan solusi tersistem dan fundamental, yakni menjadikan sistem Islam sebagai acuan dan paradigma dalam memfungsikan tiga pilar pembentuk generasi, yaitu keluarga bertakwa, masyarakat berdakwah, dan negara melakukan riayah.
Islam Mencetak Generasi Emas Yang Berkualitas