Opini

Islam Mampu Mencegah Kasus Bunuh Diri

297
×

Islam Mampu Mencegah Kasus Bunuh Diri

Sebarkan artikel ini

Oleh Umi Lia
Penggiat Literasi

Angka Suicide rate/tingkat bunuh diri di Bali menjadi yang paling tinggi di Indonesia, yaitu sebesar 3,07, jauh melampaui provinsi-provinsi lain di tanah air. Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri menyebutkan bahwa pada tahun 2023, ada 135 kasus yang dilaporkan. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berkisar 4,3 juta jiwa, angka tersebut tergolong besar. Apa penyebabnya? (CNN Indonesia, 2/7/2024)

Menurut Dokter Spesialis Kejiwaan/Psikiater RSUP Prof Ngoerah, Anak Ayu Sri Wahyuni, ada dua penyebab terjadinya bunuh diri yaitu faktor biologis yang terjadi karena ada kelainan mental pada seseorang seperti depresi, skizofrenia atau gangguan jiwa bipolar. Dan yang kedua adalah psikososial, contohnya terbelit utang, terutama sekarang ada pinjol dan terlibat judol. Menurutnya solusi untuk mencegahnya adalah dengan meningkatkan komunikasi dalam keluarga, saling mendengarkan dan didengarkan, menerima kekurangan masing-masing dan juga selalu bersyukur atas segala hal.

Tren bunuh diri sudah menggejala di masyarakat, jelas tidak bisa dikatakan sebagai problem individu. Ini menggambarkan betapa buruknya mentalitas masyarakat. Menurut cendikiawan muslim Ustaz Ismail Yusanto, mentalitas adalah ketahanan dalam menanggung penderitaan, menjalani kesulitan saat berusaha menghadapi tantangan. Itu merupakan faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam hidup. Kelemahan dihasilkan dari cara pandang (akidah) yang salah akan kehidupan.

Pada saat ini pandangan hidup yang dijadikan pedoman adalah akidah sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Karena itu wajar terjadi krisis keimanan sehingga mental masyarakat menjadi sakit dan rendah. Hal ini terjadi akibat penerapan ideologi kapitalisme oleh negara.

Akhirnya mau tidak mau harus menghadapi standar kemuliaan hidup yang dinilai dari materi baik itu berupa prestise, jabatan, kemewahan dan sebagainya. Kemudian mereka juga harus menghadapi negara yang abai terhadap kebutuhan rakyatnya. Lapangan pekerjaan sulit, inflasi kebutuhan pokok semakin naik, PHK di mana-mana dan sebagainya. Ujung-ujungnya, bunuh diri pun dijadikan sebagai solusi penderitaan akibat tekanan sistem yang ada (sekuler kapitalisme).

Fenomena bunuh diri juga menunjukkan gagalnya sistem pendidikan dalam mewujudkan individu yang bermental kuat, selalu bersyukur dan bersabar dalam menghadapi cobaan hidup. Mengapa hal itu terjadi? Penyebabnya adalah sistem sekuler kapitalis yang diterapkan negeri ini mengeliminasi peran tiga pilar pembentuk generasi.

Pertama: Hilangnya peran keluarga yang seharusnya menjadi penguat dan modal dasar tumbuh kembang anak. Kedua: Sekolah dan masyarakat. Kurikulum pendidikan yang berlaku nyatanya sekarang berbasis sekuler yang menjauhkan manusia dari agamanya. Hal itu menyebabkan generasi tidak mengerti halal haram, mereka bersikap bebas demi meraih kebahagiaannya yang bersifat materi. Akhirnya masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat individualis kapitalistis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *