Oleh : Nina Iryani S.Pd
Dilansir dari www.detik.com, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Dengan kata lain penurunan daya beli masyarakat.
Dilansir dari Amartha.com, deflasi adalah kondisi dimana kondisi harga barang atau jasa mengalami penurunan dalam periode tertentu.
Inflasi per Mei 2024 disebut masih terkendali di bawah 3 persen. Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, hal ini didorong oleh harga pangan yang sebelumnya sempat melonjak kini telah mereda.
Menkeu, dalam Konferensi Pers “APBN Kita, Kinerja dan fakta” Edisi Mei 2024, Kamis (27-6-2024), menyebut tekanan dari harga pangan yang memuncak sejak Desember 2023 hingga April 2024 sudah mulai mereda untuk Volatile food. Hal ini membuat inflasi RI turun dari 3 persen ke level 2,84 persen year on year (yoy).
Guna menekan tingginya inflasi, pemerintah memberi insentif fiskal dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Namun, kementrian keuangan di bawah kepemimpinan Menkeu Sri Mulyani Indrawati mempertimbangkan untuk mencabut pemberian insentif fiskal bagi daerah yang terbukti memanipulasi data inflasi.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan beruntun sejak Mei 2024. Data terbaru menyebut deflasi bulanan sebesar 0,12 persen terjadi pada September 2024.
Sebab terjadinya inflasi :
1. Dominasi uang kertas Dollar.
2. Penciptaan uang dalam sistem moneter tidak berbasis emas dan perak.
Faktor penyebab deflasi:
1. Tingginya PHK.
2. Minimnya lapangan pekerjaan.
3. Sektor informal terpuruk.
Dampak terjadinya ketimpangan ekonomi ditengah masyarakat berakibat pada menurunnya daya beli masyarakat, tingginya PHK, meningkatnya angka kemiskinan, meningkat pula angka kriminalitas, kenakalan remaja, merajanya pinjol, judol dan sebagainya.