Opini

Investasi Asing Dihadirkan, Industri Tekstil Meradang, Rakyat Kembali Merana

281
×

Investasi Asing Dihadirkan, Industri Tekstil Meradang, Rakyat Kembali Merana

Sebarkan artikel ini

Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Sebuah realita di negeri ini. Disaat gelombang krisis ekonomi global menggulung dunia, tak pelak perekonomian nasional pun terguncang, terlebih pascapandemi. Kondisi ini berdampak pada lesunya perekonomian dalam negeri tidak terkecuali industri tekstil. Para pakar menyatakan bahwa perlambatan ekonomi global telah mengurangi permintaan pakaian dan produk tekstil lainnya. Pelemahan kurs pertukaran rupiah terhadap dolar membuat kondisi tambah parah, daya beli masyarakat pun menurun, walhasil produk tekstil terkena imbas, pergerakan industrinya terlibas.

Banyak perusahaan bangkrut dan memutus hubungan kerja para pegawainya dengan alasan efisiensi. Sayangnya, di tengah lesunya industri dan lemahnya daya beli terhadap produk dalam negeri, beleid pemerintah terkait kondisi ini sangat tidak solutif. Pemerintah malah membuat regulasi yang menyebabkan pasar dalam negeri dibanjiri produk impor murah, terutama dari Cina.

Sontak beleid pemerintah ini membuat produsen dalam negeri babak belur. Industri tekstil nasional kian menukik. Mereka dilematis, bertahan dengan melakukan efisiensi produksi, atau lanjut sekalipun remuk redam.

*Investasi Jadi Solusi?*

Para buruh pun menuntut. Mereka berharap negara turun tangan untuk atasi permasalahan industri tekstil. Memang kemudian pemerintah memberi solusi, investasi dihadirkan untuk menjawab asa rakyat. Namun benarkah investasi mampu menyolusi untuk memulihkan industri tekstil?

Sekalipun Vice CEO PT Pan Brothers Tbk (PBRX) Anne Patricia Sutanto mengaku tidak khawatir bilamana perusahaan tekstil asal China berminat untuk menanamkan modal di Indonesia. Menurutnya, kehadiran investor asing justru bisa menciptakan sinergi positif bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri. Bagaimanapun, Anne tetap menekankan pemerintah wajib memberikan kebijakan yang setara bagi pelaku industri TPT, baik pemain lokal maupun pemodal asing. “[PBRX] enggak khawatir sama sekali. Welcome. Malah kalau bisa mereka investor asing dari China beli benang dari industri TPT Indonesia. Ekosistem [industri TPT] malah bisa terbentuk dengan baik,” ungkap Anne kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (26-06-2024). Benarkah ketidakhawatirannya akan mewujudkan kebaikan untuk industri Nasional?

Ada baiknya kita coba mengurai fakta yang ada terkait industri tekstil. Belakangan ini industri tekstil yang merupakan usaha padat karya bertumbangan. Satu per satu perusahaan terpaksa melakukan PHK massal. Salah satu yang dituding sebagai biang kerok adalah banjirnya produk impor khususnya dari Cina, meski menurut info terbaru mitra dagang Indonesia itu menjanjikan investasi di sektor tekstil.

Segenap serikat buruh tekstil merencanakan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran pada Kamis 27-06-2024. Mereka menuntut pemerintah untuk mengambil langkah menyelamatkan industri padat karya tersebut. Ketua Umum Indonesia Pengusaha Konfeksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman, menyampaikan, industri tekstil khususnya produsen pakaian skala kecil tengah menghadapi situasi sulit yang disebabkan oleh membanjirnya produk impor. (Bisnis.com, 27-06-2024).

Miris. Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan malah menyambut protes buruh dengan mengungkapkan adanya keinginan perusahaan tekstil asal Cina menanamkan modal. Dua pabrik, yakni di Kertajati, Jawa Barat, dan Sukoharjo, Jawa Tengah.akan didirikan sebagai realisasi investasi.

Terkait investasi ini Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto, menyampaikan janji investasi tekstil lainnya yang datang dari Singapura. Tercatat sebelas perusahaan tekstil yang tengah melakukan proses perizinan untuk investasi di dalam negeri.

Benar adanya. Tersungkurnya industri tekstil telah membuat pemerintah menawarkan solusi investasi. Solusi ini dianggap jitu untuk bangkitkan kembali industri tekstil. Pemerintah tidak memikirkan masalah yang akan timbul. Keberadaan investasi selain membebani produsen dengan iklim bisnis yang lebih kompetitif, investasi pun adalah alat korporasi yang sangat membahayakan ekonomi nasional.

Sejatinya banyak fakta yang membuktikan bahaya jika suatu negara menggantungkan ekonominya pada investasi. Pada saat pengelolaan urusan negara didominasi para korporasi, jadilah pemerintahan satu negara menjadi korporatokrasi. Kewenangan pemerintah dalam tata kelola negara pada akhirnya beralih kepada korporasi, baik nasional maupun multinasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *