Opini

Impor Ugal-ugalan, Ilusi Ketahanan Pangan

88

Oleh: Ummu ‘Alsiyah

(Aktivis Muslimah)

 

Harga beras di Indonesia melambung naik dibandingkan negara lain. Biaya produksi beras di dalam negeri meningkat. Hal ini penting untuk kita memastikan, supaya petani juga mendapatkan keuntungan yang layak dari hasil pertanian mereka, sementara saat ini harga gabah yang diterima petani bahkan melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP), sehingga tidak memberikan keuntungan bagi mereka. Dikutip liputan6.com (20/9/2024).

 

Meningkatnya harga beras juga dipengaruhi kebijakan import. Impor beras kadangkala diperlukan, kadang juga justru merugikan petani. Jika tidak import, ketersediaan beras dalam negeri akan berkurang sehingga menaikkan harga beras di pasaran. Jika import, harga beras terkendali, tetapi jelas merugikan petani sebab harga beras import kerap jauh lebih murah daripada beras lokal.

 

Import beras seharusnya tidak menjadi solusi andalan pemerintah untuk menutupi defisit stok beras dalam negeri. Ketergantungan impor akan menjadikan negeri ini makin jauh dari kemandirian pangan. Di sisi lain, kebijakan impor beras juga membebani APBN yang akan membuat negara tekor, serta menguntungkan negara lain sebagai pengekspor beras ke Indonesia.

 

Dengan kebijakan yang memudahkan import, ketahanan pangan nasional Indonesia terancam. Begitu pula dengan kedaulatan pangan yang jauh dari harapan. Alih-alih berdaulat, negeri yang kaya dengan kesuburan tanahnya malah mengimport produk pangan dari negara lain. Sementara itu, lahan pertanian justru diubah menjadi gedung-gedung perkantoran, perumahan, industri, dan pariwisata. Keseimbangan alam terganggu, komoditas pangan terancam, dan nasib petani pun kian gelap atau suram.

 

Exit mobile version