Oleh: Kursiyah Azis
(Penulis dan Aktivis Muslimah)
Mencari keadilan di Negeri sendiri laksana mencari jarum di dalam tumpukan jerami, sulit dan mustahil akan kita temukan. Hukum buatan manusia senantiasa tajam kebawah dan tumpul ke atas. Kalimat Alinea ke empat dari Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, Nyatanya hanya ilusi belaka.
Nyaris seluruh kasus kriminal yang pernah terjadi di negri ini, tak satupun yang di selesaikan dengan adil. Diantaranya, sebut saja kasus tindakan Asusila yang dilakukan oleh ketua KPU Hasyim Asy’ari dan kasus pembunuhan yang di lakukan oleh Ronald Tannur baru-baru ini.
Kedua kasus tersebut sama-sama melibatkan orang-orang yang punya kekuasaan dan keuangan yang terbilang cukup banyak, sehingga dengan demikian maka membuat hukum menjadi tumpul adalah sesuatu yang mudah bagi mereka. Tak peduli seberapa besar kerugian maupun kerusakan masa depan para korbannya.
*Sistem Demokrasi, Hukum diperjual belikan*
Dalam sistem demokrasi, tak ada keadilan yang sejati. Siapa yang berduit, maka dia bebas dari sanksi yang sulit. Meskipun seluruh dunia menilai tak wajar, namun demikianlah praktek yang kerapkali dipertontonkan oleh para pembuat kebijakan di negeri ini. Tak heran, karena hukum buatan manusia memang tidak akan pernah mampu memuaskan akal manusia itu sendiri. Tak ada sanksi tegas, apalagi sampai menghasilkan efek jera bagi para pelakunya, sebab ketika pelaku adalah mereka yang punya kuasa, maka kejahatan apapun bentuknya tetap akan di anggap selesai tanpa perlu di adili dengan sanksi yang sepadan.
*Tersingkapnya harta kekayaan para pelaku*
Efek kasus Asusila yang di lakukan oleh seorang ketua KPU, maka tersingkaplah harta kekayaan yang dimilikinya. Di kutip dari laman jpnn.com(6/8). Alih-alih mengadili sipelaku, yang terjadi justru sibuk menyoroti hartanya yang banyak. Para pembuat kebijakan tentu saja terpana ketika mengetahui bahwa pelaku punya banyak uang untuk sekadar membuat hukum menjadi mandul, kalau sudah begitu maka otomatis ia bisa bebas dari hukuman yang seharusnya ia terima sebagai akibat dari perbuatannya
Begitupun kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ronald Tannur. Iya tiba-tiba dibebaskan dari hukuman dengan alasan yang tidak masuk akal. Padahal seluruh bukti telah disodorkan dengan sangat lengkap, namun para hakim menilai seluruh bukti nyata itu tidak sah. Menanggapi keputusan tak adil itu, masyarakat setempat berencana akan menggelar aksi protes sebagai wujud pembelaan dan tuntutan keadilan bagi keluarga korban yang telah dibunuh.dikutip laman jpnn.com (6/8)