Opini

Ibu Tega Jual Bayi, Karena Himpitan Ekonomi

712
×

Ibu Tega Jual Bayi, Karena Himpitan Ekonomi

Sebarkan artikel ini

Oleh :Hj Padliyati Siregar,ST

Seorang ibu rumah tangga berinisial SS (27) ditangkap karena menjual bayinya Rp 20 juta melalui perantara di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara. Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Medan AKP Madya Yustadi mengatakan, kejadian itu berlangsung pada Selasa (6/8/2024).

Mulanya, petugas mendapatkan informasi dari warga. Bahwa akan ada transaksi jual beli bayi di rumah sakit daerah Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Jadi SS ini baru saja melahirkan dan infonya mau transaksi di rumah sakit. Setelah itu di lakukan penyelidikan, ternyata transaksinya di Jalan Kuningan.

Sebenarnya kasus perdagangan bayi seperti ini merupakan fenomena gunung es, masih banyak kasus serupa yang belum terungkap lantaran tidak tercium aparat berwenang.

Apa daya, hari ini kita mesti melihat kenyataan pahit. Seorang ibu tega menjual darah dagingnya sendiri. Keputusan berat ini tentunya dipengaruhi perjalanan panjang yang dialaminya. Seorang ibu tentu tidak ingin kepahitan hidup yang dirasakannya menimpa anak yang disayanginya

Menjual bayi sendiri tentunya tidak pernah terlintas dalam benak seorang ibu. Ikatan ibu dengan anak seharusnya merupakan suatu ikatan yang sangat kuat. Adalah fitrah seorang ibu untuk melindungi dan menyayangi anak-anak yang lahir dari rahimnya. Bahkan acap kali seorang ibu rela menderita demi kebahagiaan buah hatinya.

Namun,kehidupan terasa sempit ,sang ibu nekat memberikan bayinya tanpa niat menjual bayi lantaran tidak melihat peluang untuk dapat memberikan kehidupan yang baik.

Demokrasi Biang Masalah

Kemiskinan harta dan iman yang lemah banyak terjadi hari ini adalah di sebabkan buah penerapan sistem sekuler kapitalisme.

Sistem Demokrasi kapitalisme menjadikan negara tidak berperan sebagai pelindung dan penjamin kebutuhan rakyat. Bahkan perempuan harus berjuang sendiri mencari sesuap nasi karena negara tidak memiliki mekanisme pemenuhan kebutuhan pokok individu per individu. Apalagi, negara justru mengaruskan perempuan sebagai tulang punggung keluarga dan negara.

Meskipun berbagai program perlindungan sosial seperti PKH dan KIS hanyalah tambal sulam kapitalisme untuk menunjukkan seolah negara peduli pada rakyatnya.

Padahal sejatinya fakta dari program tersebut tidak mampu mengentaskan kemiskinan. Selain tidak mencakup semua rakyat yang berkategori miskin, jumlah yang tidak seberapa pun marak jadi objek korupsi berbagai pihak.

Tidak hanya itu, sekularisme membuat individu bertindak jahat. Jika pada penguasa atau pejabat tega melakukan korupsi atas bantuan untuk rakyat, individu pun tega memanfaatkan kemiskinan dan kebodohan sesama untuk memperkaya pribadi seperti yang terjadi dalam kasus perdagangan bayi .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *