Opini

HIMPITAN EKONOMI MEMATIKAN NALURI KEIBUAN

85

Oleh : Yeni Yulianti

(Aktivis Islam Kaffah)

Bagaimana gambaran himpitan ekonomi sampai bisa mematikan naluri keibuan yang saat ini begitu mudah dan sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seorang ibu tega mempekerjakan anak-anak kecil mereka untuk mengemis, menjadi pengamen, bahkan yang masih bayi pun sengaja disiang bolong dan teriknya matahari diajak mengemis untuk menambah iba orang lain, dan tidak memikirkan sedikitpun kebutuhan pendidikan anaknya sama sekali.

Atau suatu kisah keji dan tidak beradabnya seorang ibu terlibat trafficking human di Medan menjual darah dagingnya sendiri yang baru dilahirkannya seharga Rp.20 juta rupiah hanya demi uang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang di lansir dari metro.tempo.co, Jumat, 16/8/2024.
Secuil kasus ini menambah deretan banyaknya kasus kejamnya ibu-ibu lainnya yang sama terlibat jual-beli manusia (anaknya) yang ini mengindikasikan betapa akal sehat dan matinya naluri keibuan mereka saat ini semakin parah dan bejat dikarenakan terdesak kebutuhan hidup dan kebutuhan perut, dimana faktanya terbukti masyarakat negeri ini banyak yang hidup jauh dari kata sejahtera (MISKIN).

Apalagi ditambah Support sistem dari suami tidak ada karna menganggur, keluarga juga sama-sama miskin, masyarakat karna individualis dan negara yang abai urusan rakyat dan hanya pro para kapitalis. Sehingga peran negara saat ini bukan melayani dan mengurusi urusan umat dalam memfasilitasi sarana dan prasarana yang akan mengangkat keterpurukan hidup rakyat dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat (sandang, pangan, pangan dan aspek lainnya) dan menyediakan seluas-luasnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tapi mereka sibuk dengan urusan politik yang akan menjamin kepentingan mereka dan mitra politiknya yakni para pengusaha. Inilah fakta saat ini.

Kenapa bisa demikian? dikarenakan hal ini erat kaitannya dengan penerapan sistem ekonomi yang diterapkan saat ini. Yang menjadikan sistem ekonomi masyarakat dan negara berpijak pada kebebasan dan menghalalkan segala macam cara demi asas manfaat. Ketika sistem ekonomi dilakukan pada sistem Ribawi, perjudian, bisnis yang merusak masyarakat dengan bisnis miras, tempat hiburan dan diskotik, lokalisasi prostitusi, dengan budaya korupsi yang dilakukan penguasa sampai mencekik rakyat dengan pungutan pajak diberbagai aspek sebagai pendapatan terbesar negara ini sudah menjadi Bi’ah (hal biasa) dilakukan oleh individu, masyarakat dan penguasanya yang ini akan memunculkan berbagai masalah cabang lainnya yakni kemaksiatan dan kriminalitas yang merusak tatanan kehidupan masyarakat dan menambah kompleks kesulitan hidup di negara demokrasi kapitalis saat ini.

Exit mobile version