Oleh: Novi Noor
Hari AIDS sedunia yang diperingati setiap 1 Desember menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS. Pada tahun 2024, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan menggelar acara “Yuk Tes HIV Gratis” di Halaman SMP Nasional KPS dengan tema “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa”.
Acara tersebut bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak Orang dengan HIV (ODHIV), seperti akses universal terhadap layanan kesehatan, pengobatan antiretroviral (ARV), dan dukungan sosial. Namun, di balik upaya ini ada tantangan besar yang perlu dikaji lebih dalam, terutama terkait akar penyebab HIV/AIDS.
Akibat Sekulerisme dalam Tatanan Sosial Kehidupan
Pandangan negatif masyarakat terhadap pengidap HIV/AIDS seringkali menjadi hambatan dalam pencegahan dan penanggulangan. Di satu sisi, stigma ini lahir dari pemahaman bahwa HIV/AIDS adalah penyakit berbahaya. Namun, jika hanya fokus pada stigma, tanpa menyentuh akar penyebab, upaya pencegahan menjadi tidak efektif.
HIV/AIDS bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga hasil dari perilaku menyimpang seperti seks bebas, prostitusi, dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik bergantian. Penyebaran HIV/AIDS tidak lepas dari gaya hidup liberal yang diadopsi oleh masyarakat modern.
Nilai-nilai sekuler yang dianut oleh banyak negara, termasuk melalui kebijakan lembaga seperti WHO, seringkali melanggengkan perilaku bebas yang menjadi penyebab utama penyebaran HIV/AIDS. Kebijakan yang memberikan perlindungan terhadap aktivitas penyebab HIV/AIDS, seperti penyediaan alat kontrasepsi gratis, justru memperparah masalah. Fenomena pergaulan bebas, maraknya tayangan pornografi, dan kurangnya kontrol terhadap narkoba adalah bukti kegagalan kepemimpinan sekuler dalam melindungi masyarakat.
Solusi dalam Islam
Islam memiliki aturan tegas perihal seks bebas. Islam adalah aturan yang bersumber dari Allah Taala, Sang Khalik yang menciptakan manusia dan Maha Mengetahui fitrah manusia. Allah telah menyediakan aturan yang juga pasti sesuai fitrah manusia.
Pembangkangan manusia pada aturan Allah telah menyebabkan kebebasan berperilaku tumbuh subur, khususnya dalam naungan payung sekularisme yang dijamin oleh sistem demokrasi kapitalisme dengan aturan sekulernya.
Liberalisasi seksual, baik dengan lawan jenis maupun sejenis, memiliki sanksi yang luar biasa tegas dalam Islam. Sanksi zina dan hubungan sejenis akan mandul jika memang ada ideologi jahat yang melindungi kriminalitas itu.
Islam memiliki pandangan yang tegas terhadap perilaku menyimpang, baik itu seks bebas maupun hubungan sesama jenis. Dalam Islam, perbuatan ini dikategorikan sebagai dosa besar yang mendapatkan sanksi berat, bersifat jawabir (penghapus dosa) dan jawazir (pencegah orang lain melakukan hal serupa). Pendekatan Islam tidak hanya kuratif, tetapi juga preventif, dengan membangun masyarakat yang berlandaskan akidah Islam. Pendidikan moral yang kuat, penghapusan akses terhadap konten pornografi, serta penegakan hukum syariat menjadi langkah nyata untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS.
Kepemimpinan Islam menawarkan solusi komprehensif terhadap masalah HIV/AIDS. Berbeda dengan sistem sekuler yang hanya berfokus pada aspek kesehatan, Islam mengatasi masalah ini dari akarnya, yaitu dengan mencegah perilaku menyimpang yang menjadi penyebab utama. Dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, masyarakat tidak hanya dilindungi dari HIV/AIDS, tetapi juga dibimbing menuju kehidupan yang lebih bermartabat dan sejahtera.
Hari AIDS sedunia bukan hanya momen untuk meningkatkan kesadaran, tetapi juga waktu yang tepat untuk merefleksikan pendekatan yang diambil dalam penanggulangan HIV/AIDS. Saatnya kita bersama mencegah penyebaran HIV/AIDS dengan kembali kepada nilai-nilai Islam yang hakiki.