Oleh: Iin Linti Kurnia, S.Sos.
(Aktivis dakwah)
Rumah, tempat individu merangkai masa depan, menjalani hari demi hari. Demikian pentingnya sehingga menjadi kebutuhan mendasar setiap insan. Sayangnya, tidak semua dapat mengakses rumah layak huni baik mengontrak maupun dengan membeli. Terlebih beban finansial semakin berat. Alih-alih untuk membeli rumah baru, masyarakat kelas bawah masih berjuang memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan dan kesehatan.
Trend kenaikan harga rumah yang terus melonjak menipiskan harapan memiliki rumah idaman. Sebagaimana laporan indeks harga properti residensial (IHPR) pada kuartal IV/2023 harga properti melonjak 1,74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yaer-on-yearly yoy). Sementara BI melaporkan lonjakan harga rumah membaik bila dibandingkan kuartal sebelumnya 1.97% pada kuartal III/2023. (BISNIS.COM,20 Februari 2024).
Disisi lain, pengembangan dan pembangunan rumah nyatanya tidak semudah yang direncanakan. Tahun 2015 Presiden Joko Widodo mencanangkan pembangunan Program Sejuta Rumah, namun dinilai pesimis tercapai oleh Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Junaidi Abdillah. Ia menilai banyaknya rintangan yang dihadapi para pengembang, terutama pembebasan lahan dan perijinan yang memiliki banyak meja dan pintu. Selain itu, segmentasi Apersi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang terkendala dengan rendahnya daya beli.