Opini

Guruku Sayang Guruku Malang

85
×

Guruku Sayang Guruku Malang

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ermaliati, M.Pd

(Akademisi)

5 Oktober 2024 lalu merupakan peringatan Hari Guru Sedunia. Peringatan ini telah dirayakan sejak tahun 1994. Peringatan ini merupakan hari bagaimana para guru mentransformasi pendidikan, juga untuk merefleksikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengerahkan bakat dan panggilan mereka sepenuhnya, serta untuk memikirkan kembali jalan ke depan bagi profesi ini secara global.

UNESCO mengusung tema “Valuing teacher voices: Towards a new social contract for education” yang artinya “Menghargai Suara Guru: Menuju Kontrak Sosial Baru untuk Pendidikan”. Detiknews
Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Temu Ismail, mengapresiasi kontribusi guru-guru Indonesia. Menurut Temu, para guru yang telah membawa kemajuan pada pembangunan pendidikan nasional dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan bisa menghadapi semua tantangan. Kompas.com

Dengan tema yang diangkat tersebut menggarisbawahi urgensi menyerukan dan mendengarkan suara guru untuk mengatasi tantangan mereka, tetapi yang paling penting adalah mengakui dan mengambil manfaat dari pengetahuan dan masukan para ahli yang mereka berikan kepada dunia pendidikan.
Sedemikian penting peran guru, dalam hal ini suara guru dalam kemajuan Pendidikan, namun fakta di Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya.

Guru dihadapkan pada berbagai persoalan, baik gaji yang belum menyejahterakan, bahwa gaji guru PNS dan gaji guru honorer pun PPPK di Indonesia menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Terdapat beberapa kekurangan dalam sistem pendidikan kita, termasuk masalah kegagalan gaji guru di beberapa daerah.

Salah satu protret buram tentang gaji guru sebagaimana yang dialami Bapak Alvi Noviardi, 56 tahun, salah satu guru honorer di Kampung Bantar Muncang, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dia menjadi viral di media sosial karena menyambi jadi pemulung selepas mengajar. Kisah Alvi menjadi ramai di media sosial setelah seseorang membagikan video ketika dirinya sedang memulung. Ia telah menjadi guru honorer selama 38 tahun di lebih dari 30 sekolah di Kota Sukabumi maupun Kabupaten Sukabumi. jawapos.com

Dunia Pendidikan juga berhadapan dengan kurikulum yang membingungkan dan menjauhkan anak dari perilaku utama, juga tekanan hidup yang tinggi. Guru juga tak dihargai sepatutnya, hanya dianggap sebagai faktor produksi, pendidik siswa. Tata kehidupan sekulerisme pun mempengaruhi jati diri guru, sehingga tega melakukan tindakan buruk pada siswa, berupa kekerasan fisik maupun seksual, bahkan mengakibatkan siswa meregang nyawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *