Lagi dan lagi, Banyuwangi sebagai Sun rise of Java menjadi bancakan bagi para korporasi yang kongkalikong dengan oligarki atas nama rakyat dengan embel-embel kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan dengan dalih memajukan destinasi wisata.Padahal sampai hari ini masih dipertanyakan kapan terwujud kemakmuran yang disokong oleh pariwisata. Sebab, realitas membuktikan bahwasanya mulai dari pengusaha, pegawai negeri maupun swasta hingga pedagang kaki lima harus peras keringat banting tulang demi mempertahankan hidup ditengah situasi ekonomi yang terus mengalami inflasi.
Seperti saat ini,Banyuwangi menjadi Tuan Rumah Rangkaian Konferensi Internasional Jaringan Geopark Global. Sejak resmi menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark (UGG) pada 2023 lalu, Ijen Geopark terus menjalin kerjasama global untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan dalam kerangka geopark. Tidak heran, Banyuwangi menjadi tuan rumah pelaksanaan pre-event Geotourism Festival. Event ini adalah rangkaian event global, The 5th Geotourism Festival & International Conference 2024 yang puncaknya akan dilaksanakan di Sydney, Australia. Lalu dengan berbagai event yang diikuti apakah berkelindan dengan kesejahteraan rakyat?
Seputar Geopark
Dahulu destinasi wisata hanya terpaku pada jumlah wisatawan yang berkunjung, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Kemenparekraf menetapkan kebijakan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism di Indonesia. Sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang, baik itu terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung.
Realisasi Sustainable Tourism
Sebagai negeri yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan keindahan alamnya yang membentang dari timur hingga barat, sangat wajar Indonesia menjadi target pengembangan geopark atau destinasi wisata. Negara juga mengembangkan berbagai wilayah yang berpotensi menjadi destinasi baru bagi pariwisata. Namun, di sisi lain, penguasa negeri ini membiarkan kekayaan alam yang menjadi milik publik, seperti tambang emas, minyak bumi, gas alam, batu bara, dan sebagainya dieksploitasi dan diperjualbelikan.atas nama liberalisasi ekonomi. Tidak menguasai tambang, eksplorasi alam di sektor pariwisata pun bisa menjadi mesin uang.
Syarat dengan kepentingan liberalisasi
Sebagai negara yang terikat dengan kerja sama internasional, Indonesia akan terus menjadi target realisasi program global dalam bentuk apa pun, termasuk dalam mengeksplorasi hingga mengeksploitasi keindahan alam melalui pariwisata atau pengembangan geopark.Lalu pertanyaannya mengapa kawah Ijen dilirik bahkan dijadikan sebagai salah satu geopark tourism international ?. Jawabannya adalah bahwasanya dibalik dimasifkannya UGG Patners dari beberapa negara ada sebuah proyek liberalisasi SDA dan sangat berbahaya. Oleh karena Ijen menyimpan keindahan alam ternyata juga memiliki kandungan mineral yang berlimpah,belerang misalnya. Bahan galian ini jumlahnya sangat melimpah dan baru bisa ditambang sekitar 20%, atau sekitar 14 ton perhari, dari total jumlah yang disediakan oleh alam.
Menuju penjajahan gaya baru
Potensi panas bumi di Ijen kemudian dilirik untuk dimanfaatkan sebagai energi masa depan Indonesia.PT Medco Cahaya Geotermal Indonesia kemudian melakukan eksplorasi terlebih dahulu, tepatnya di sekitar kawasan wisata Kawah Wurung.Di titik tersebut energi panas bumi ditemukan dan pantas untuk dieksploitasi. Bahkan, eksploitasi oleh PT Medco Geothermal Indonesia itu bakal dimulai pada tahun 2024.Hal inilah yang perlu dikritisi terkait gerak cepatnya pemerintah daerah untuk menyambut berbagai event yang digelar oleh Konferensi Internasional Jaringan Geopark Global.Sebab, geowisata global ini hanyalah kedok serta menjadi jalan mulus bagi para investor untuk mendapatkan surga ekonomi di kota Banyuwangi dan Bondowoso ini.
Dampak ekologis hingga sistematis