Oleh: Sumiati
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang cerdas dan saleh serta saleha. Sebab, anak sejatinya adalah amanah dari Allah Swt. yang dititipkan kepada kita sebagai orang tua agar kita jaga dan kita didik menjadi generasi yang berkepribadian mulia, serta bertakwa. Akan tetapi, tak semua harapan setiap orang tua bisa terwujud. Apalagi, kedua orang tua tidak membekali sang anak sejak dini tentang adab dan akhlak mulia.
Baru baru ini kita dengar sebuah berita yang menghebohkan. Seorang remaja berusia 14 tahun di Jakarta, tega membunuh ayah kandungnya sendiri. Tak hanya itu, anak remaja tersebut juga tega membunuh neneknya serta melukai ibu kandungnya juga.
Pelaku berinisial MAS tersebut langsung diamankan petugas keamanan perumahan saat berusaha melarikan diri, sementara sang ibu yang mengalami luka tusuk dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis (beritasatu.com, 30/11/2024).
Dalam kasus di atas, peran orang tua sangatlah penting untuk lebih memperhatikan anak mereka, terutama di fase usia remaja. Di fase usia remaja biasanya anak sering mendapat tekanan dari pertemanan, bisa dari sekolah, media sosial, hingga lingkungan sekitar, yaitu keluarga.
Jika tekanan tersebut tidak disalurkan kearah yang lebih positif, maka ada kemungkinan anak bertindak diluar kendali hingga sulit diatasi. Di usia ini juga, anak mengalami masa transisi dari remaja ke dewasa. Ada krisis identitas saat mereka sedang mencari jati dirinya, serta menghadapi perubahan hormonal. Jika orang tua tidak mendampingi dan anak tidak bisa mengelola emosinya, maka ini bisa merusak mental anak, hingga berujung pada perilaku negatif.
Faktor faktor tekanan tersebut tak lepas dari sistem sekularisme dan kapitalisme yang diterapkan negara saat ini. Kedua sistem tersebut adalah sebuah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan dan hanya memandang bahwa kehidupan ini adalah sekedar materi belaka.