Opini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sistem Sekuler

130
×

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sistem Sekuler

Sebarkan artikel ini

Oleh : Shelly Cintya dewi

Kasus anak membunuh orang tua tidak hanya terjadi satu dua kali, namun merupakan fenomena yang itu berarti merupakan problem karena persoalan sistemis. Seperti seorang anak di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, menusuk ayah, nenek dan ibu dengan sebilah pisau. Peristiwa ini menyebabkan ayah dan nenek tewas. Sedangkan ibu pelaku mengalami luka parah. Peristiwa pembunuhan ini terjadi pada Sabtu (30/11/2024). Dilansir dari beritasatu.com.

Pelaku dikabarkan masih berusia 14 tahun.
Psikolog Klinis Liza Marielly Djaprie memberikan analisis mendalam terkait kasus ini. Menurutnya tindakan sekejam itu membutuhkan energi besar dan tidak mungkin terjadi tanpa faktor pemicu yang kuat.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab, yang semua saling berkelindan. Dan semua itu terkait dengan sistem hari ini yang merusak fitrah manusia, termasuk mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan. Kondisi ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan yang memiliki visi membina kepribadian dan menjaga Kesehatan mental generasi.

Kasus anak yang berkonflik dengan hukum menurut data dari Direktorat jenderal kemasyarakatan kementrian hukum dan HAM(Hak Asasi Manusia) menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2020 hingga 2023 tercatat hampir 2.000 anak berkonflik dengan hukum.
Berulangnya kasus sadis yang dilakukan oleh remaja harusnya menjadi bahan evaluasi bagi bangsa ini terkait pendidikan yang berlangsung baik di ranah keluarga, masyarakat, dan negara. Hadirnya kepemimpinan sekuler(memisahkan agama dari kehidupan)sejatinya telah merusak fitrah manusia termasuk mengubah karakter masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan atau kriminalitas, karakter generasi yang kita saksikan hari ini adalah buah dari seluruh kebijakan dan hukum yang lahir dari sistem Kapitalisme_Demokrasi.

Akibat dari sekulerisme kapitalisme ini hubungan anak-orangtua tak ubahnya sebatas asas manfaat belaka. Saat tuntutan atas pemenuhan hawa nafsu sang anak tidak terwujud hingga menjadikannya gelap mata, mudah saja bagi anak untuk menghilangkan nyawa orang tuanya sendiri. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *