Oleh: Rahmatul Aini
Penulis & Aktivis Dakwah
Imam malik pernah berpesan ” _pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu_ ” bukan lagi masalah tabu kondisi generasi hari ini, mulai dari kaum pelajar, remaja, bahkan sampai ranah intelektual sangat memprihatinkan, tak hanya bunyi lonceng peringatan darurat terkait konstitusi bisa di ubah sana sini, atau bobroknya sistem demokrasi hari ini tapi juga darurat dari semua lini, belum selesai kasus kematian dr. Aulia yang melakukan bunuh diri akibat mengalami depresi berat, sekarang disusul dengan kasus seorang pelajar yang masuk rumah sakit jiwa karena dibully 15 orang di sekolah semenjak SMP berlanjut SMA, korban mengalami depresi berat sampai harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa, mengelus dada rasanya berita ini terus bermunculan setiap hari, bak seperti fenomena gunung es yang nampak hanya tumpukan atas padahal kasusnya bertumpuk hanya saja tidak terekspos oleh sosial media. Lalu yang lebih menyayat hati adalah para comen netizen yang maha benar, “alah sedikit masalah aja langsung bundir, mental lu kek kerupuk kena air, lembek, dunia ini keras bro perlu mental sekuat baja” dan setumpuk komentar lainnya, ia mungkin kita akui kelemahan mental generasi hari ini berbeda dengan tempo dulu, bahkan tempo dulu biasa guru membawa kayu besar untuk memukul murid, kalau kerja di bentak atasan sudah sesuatu hal yang lumrah, tapi generasi hari ini berbeda, ada pepatah yang mengatakan ajarilah anakmu sesuai dengan zamannya, artinya tentu ada banyak perbedaan yang akan kita temukan, jangankan masalah mental masalah kesehatan makanan pun kita temukan berbeda, orang tua dulu makanannya banyak yang masih alami, tidak ada snack yang mengandung gula tinggi, resiko terkena gagal ginjal sangatlah sedikit, sekarang anak-anak usia 10 tahun sudah divonis gagal ginjal akibat pola hidup tidak sehat, makanan yang tidak baik. Maka selayaknya kita tak perlu berucap benci apalagi sampai menjatuhkan dan mencaci, sebaiknya tugas kita turut prihatin dan berbelasungkawa atas matinya rasa keperimanusiaan dan kita punya andil besar sebagai suport sistem bagi mereka yang terluka fisik dan batin, mungkin sekarang kita sedang di zona nyaman, tapi bagaimana kalau yang menjadi korban adalah saudara kita sendiri? Atau kita sendiri what do you think? Pastilah kita pun akan terasa sesak, perih, terluka. So pastikan kita tidak menjadi bagian orang yang mengukir keburukan diatas saudara kita yang tersakiti.
Sebenarnya ada PR besar bagi negeri hari ini kapankah serius menangani masalah generasi? Visi misi yang selalu di gagas setiap 1 kali dalam 5 tahun hanya persoalan perut,perut, dan perut, bukan berarti itu tak penting dan tak layak tapi cobalah sesekali tengok betapa krisisnya negeri ini akan generasi yang beretika dan beradab. Setiap kali ada regulasi tak pernah mampu menyelasikan masalah apalagi menjadi solusi.