Oleh; Nurhandayani Nurtang
Public & Government Relation Manager 360Kredi Habriyanto Rosyidi S mengatakan, dominasi anak muda yang kini memuncaki populasi membawa dampak positif bagi dunia kerja. Apa yang Membuat Hamas Mampu Bertahan dan Hizbullah Terus Melawan? Namun, di sisi lain, gaya hidup anak muda yang cenderung takut merasa tertinggal atau fear of missing out (FOMO) menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi kesehatan finansial. “Gaya hidup FOMO, YOLO (you only live once) dan FOPO (fear of other people’s ppinion) menjadi salah satu faktor bagi permasalahan finansial anak muda hari ini jika tidak dapat dikelola dengan baik dan bijak,” kata Habriyanto dalam keterangannya, Jumat (11/10/2024).
“Memaksakan sesuatu secara berlebihan tanpa perhitungan matang dan dana yang cukup, akan membawa ketergantungan terhadap utang yang tidak produktif,” sambungnya.
Istilah “FOMO” telah berkembang menjadi gambaran tentang anak muda yang takut dan dianggap tidak gaul. Beberapa orang percaya bahwa mereka harus bersenang-senang jika orang lain bersenang-senang. Karena tren boneka Labubu terjadi secara tiba-tiba atau singkat dan dirasakan secara luas, mereka dianggap sebagai salah satu bentuk FOMO. Itu terlihat dari banyaknya orang yang membeli boneka Labubu.
Dalam jangka panjang, fenomena ini bisa mengarah pada disonansi kognitif, di mana apa yang ditampilkan dan apa yang dirasakan individu tidak sejalan. Ini menciptakan ketegangan dalam diri, yang memengaruhi cara mereka berkomunikasi dengan orang lain. Alih-alih jujur tentang perasaan mereka, banyak yang akhirnya menyesuaikan diri dengan norma sosial yang terbentuk di media sosial, menghindari untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau keraguan.
Penyebab munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem rusak ini mengakibatkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama.
Akibatnya terjadi pengabaian potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi Regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO. Berbeda dengan sistem Islam yang memandang bahwa Pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Memberikan perlindungan extra kepada sesame warganya tak terkecuali generasi Z.ini mencerminkan keyakinan islam yang mewajibkan setiap individu mengikuti aturan Allah subhanalahu wa Ta’ala dalam kehidupan.