Selain itu, investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan ialah investasi padat modal, bukan padat karya. Imbasnya, masyarakat akan sulit mendapatkan lapangan pekerjaan. Kemudian, faktor kemalasan individu, cacat atau uzur, serta rendahnya pendidikan menyumbang penyebab pengangguran. Sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yakni SD dan SMP.
Pada akhirnya, publik mengetahui jutaan Gen Z menganggur adalah buah dari sistem kapitalisme.
Jika kita melihat pada Islam, sungguh Islam mempersiapkan pemuda menjadi generasi unggul, bukan generasi menganggur. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh negara.
Pertama, Departemen Pendidikan menyelenggarakan pendidikan yang mampu menghasilkan para teknokrat dan saintis yang bersyahsiah Islam dan mampu mengelola SDA menjadi senjata canggih ataupun pesawat tempur yang modern. Biaya pendidikan dijamin oleh negara sehingga bisa rakyat nikmati dengan cuma-cuma.
Kedua, mendirikan sejumlah industri yang berhubungan dengan harta kekayaan milik umum. Banyak dari kalangan masyarakat, termasuk pemuda, yang diserap untuk bekerja di sejumlah industri tersebut. SDM unggul akan mengelola kekayaan milik umum sesuai aturan Islam dan kemaslahatan umum.
Ketiga, mencetak generasi sebagai pemimpin atau negarawan, bukan pengangguran. Departemen Pendidikan akan menyelenggarakan pendidikan di perguruan tinggi yang mampu mencetak para ulama, mujtahid, pemikir, pakar, pemimpin, kadi (hakim), dan fukaha.
Sejatinya, pemuda Islam harus siap tampil di mana saja ketika tenaga dan kekuatannya dibutuhkan untuk berkorban pada Rabb-nya. Jika peradaban tidak memiliki pemuda, niscaya peradaban itu akan mati. Jika pemudanya lurus, peradaban pun akan lurus.
Umat membutuhkan sistem Islam dan kepemimpinan Islam untuk menyelamatkan generasi dari kerusakan dan menganggur (tidak berdaya) akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme.
Allahu a’lam bishawwab