Opini

Gara-Gara Kecubung Jadi Zombi, Liberalisasi Perilaku Bukan Mitos

330
×

Gara-Gara Kecubung Jadi Zombi, Liberalisasi Perilaku Bukan Mitos

Sebarkan artikel ini

Oleh: Febri Ghiyah Baitul Ilmi
(Pegiat Opini)

Warga Banjarmasin telah di gegerkan oleh puluhan orang yang mabuk bak zombi. Parahnya, sampai ada beberapa pemuda yang meninggal dunia. Hal ini, diduga karena mereka mengonsumsi kecubung yang dioplos dengan minuman dan obat-obatan terlarang. Mengapa demikian bisa terjadi?

Di lansir dari sebuah laman berita terdapat 44 warga yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sabang Lihum, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, akibat konsumsi kecubung yang di oplos oleh minuman dan obat-obat kimia lainya. Kemudian, setelah ditelusuri lebih mendalam terhadap 2 jasad warga yang meninggal dunia, bukan karena mabuk kecubung. Namun, mereka meninggal karena depresi pernapasan usai konsumsi obat putih tanpa logo dan merek sebanyak 2-3 butir. Aparat Banjarmasin telah menangkap 4 pelaku yang menjual obat-obatan terlarang yakni MS, Sy, dan IS dengan barang bukti sebanyak 609 butir, dan M pelaku penjual obat berwarna putih tanpa logo dan merek dengan barang bukti sebanyak 20.000 butir. Aparat juga telah menetapkan sanksi kepada tersangka yakni hukuman penjara selama 12 tahun berdasarkan pasal 435 juncto yang tertuang dalam pasal 138 ayat 2 Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. (liputan6.com, 16-7-2024)

*Apa Itu Kecubung*
Kecubung dengan nama ilmiah Datura metel adalah jenis tumbuhan hias yang memiliki bunga seperti trompet yang besar, dengan warna ungu atau putih dan keturunannya (hibridanya) beraneka warna. Kecubung ini, dapat hidup dengan baik pada iklim yang panas. Kecubung berasal dari Benua Amerika dan Asia Tenggara.

Kecubung memiliki beberapa manfaat yakni anti jamur, anti bakteri, analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun demam), anti inflamasi (mengurangi peradangan), anti virus. Kemudian, kecubung juga bermanfaat dalam pengobatan anti kanker, hepatoprotektif (perlindungan pada hati), nefroprotektif (perlindungan pada ginjal). Selain itu, kecubung juga bermanfaat untuk mengobati penyakit saraf, kardiovaskular (berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah), dan penyakit diabetes (penyakit gula).

Namun jika penggunaan tidak sesuai dengan resep dokter atau apoteker. Maka kecubung bisa menjadi bumerang bagi penggunanya. Sebab, kecubung mengandung senyawa chatinone yang bersifat stimulan (perangsang), euphoria (senang berlebihan) yang dapat menyebabkan kecanduan psikologis, dan mengurangi nafsu makan. Kemudian, kecubung juga mengandung senyawa atropin penyebab delirium halusinogen (halusinasi yang tidak bisa membedakan asli atau ilusi), dan senyawa scopolamin penyebab kantuk dan kelelahan. Terkhusus pada biji kecubung mengandung senyawa alkaloid yang dapat menyebabkan halusinogen dan menyebabkan kegilaan baik sementara maupun selamanya. Selain itu, biji kecubung juga mengandung senyawa pemicu paralisis (kelumpuhan) dan kematian.

*Eksistensi Pemuda Yang Rusak*
Jika berbicara tentang pemuda, yang tergambar di dalam benak kita adalah mereka para anak-anak generasi bangsa yang aktif, semangat yang luar biasa, dan produktif dalam lingkungan masyarakat. Pemuda juga digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pemuda memiliki potensi yang unggul. Pasalnya, kini pemuda banyak diwarnai dengan tinta hitam yang menjadi penghalang dalam melanjutkan tongkat estafet peradaban yang gemilang. Sebagaimana, gambaran pemuda rusak dan lemah tak berdaya akibat mengonsumsi obat-obat terlarang, mengonsumsi alkohol, dan mengonsumsi tanaman berbahaya seperti kecubung.

Sebagaimana data yang diperoleh dari e-MP Robinopsnal Bareskrim Polri tahun 2023 terlapor jumlah kasus konsumsi narkoba sebanyak 2.650 orang. Di antaranya Pelajar dan mahasiswa 8,3%, karyawan swasta dan wiraswasta 41,5%, buruh, tani, pedagang, sopir, nelayan 20,4%, PNS, Polri, TNI, guru, dosen 0,6%, dan lainya dan tidak bekerja 29,2%. Kemudian, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 pengguna alkohol usia lebih dari atau sama dengan 15 tahun yang bertempat tinggal di desa dan di kota sebanyak 0,33%. Demikianlah, gambaran remaja saat ini yang terjerat dalam lubang hitam kerusakan. Walhasil, eksistensi generasi muslim sebagai generasi pejuang Islam kian redup. Jangankan memikirkan masalah umat yang semakin kompleks, mengatasi masalah diri sendiri saja tak mampu mereka hadapi.

*Bobroknya Kapitalisme*
Kerusakan generasi akibat konsumsi obat-obat terlarang hingga konsumsi kecubung hari ini, karena permasalahan yang sistemis. Maksudnya adalah karena penerapan ideologi kapitalisme yang berakidahkan sekuler (pemisahan agama dengan kehidupan). Sehingga, terciptalah generasi liberal yakni generasi yang merasa bebas mengonsumsi apa pun sesuai keinginan dan kesenangan pribadi tanpa mengindahkan halal dan haram. Biasanya, mereka melakukannya karena ingin dianggap keren, ingin mendapatkan teman, memiliki masalah yang tak kunjung usai, atau bahkan sudah ketagihan.

Kemudian, sekuler ini menciptakan masyarakat yang individualis. Peran sebagai kontrol sosial atau amar makruf nahi mungkar tidak terjadi sebagaimana mestinya. Mereka acuh jika ada anak tetangga yang mengonsumsi obat terlarang dan alkohol karena merasa bukan sanak saudaranya yang melakukan perbuatan rusak tersebut. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang justru menjadi bandar dalam pengedaran obat-obatan terlarang dan alkohol untuk mendapatkan keuntungan.

Selain itu, terbentuklah sistem pendidikan sekuler yang tidak dilandaskan oleh akidah Islam. Sistem pendidikan yang memiliki tujuan ketika lulus mendapatkan pekerjaan dan memperoleh keuntungan. Olehnya, meskipun memiliki titel pendidikan yang tinggi tidak menutup kemungkinan jadi pengguna obat terlarang dan alkohol bahkan pengedarnya. Sebagaimana, salah seorang polisi berinisial A (36) di Sulawesi Tenggara yang telah terjerat kasus pengedar dan pemakai narkoba pada tahun 2022 (news.detik.com, 5-2-2022)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *