Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Belakangan ini, frasa ‘Gak Bisa Yura’ yang berawal dari lagu Risalah Hati milik Dewa19 yang dinyanyikan kembali pada tahun 2021 oleh penyanyi Yura Yunita, menjadi fenomena yang viral di berbagai platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Penggunaan frasa ‘Gak Bisa Yura’ sering muncul dalam bentuk meme, potongan video ditambah ‘Gak Bisa Yura’, hingga komentar pengguna yang menjadi tren. Kalangan artis bahkan beberapa pejabat pemerintahan dan politikus pun ikut-ikutan tren ini. (viva..co..id, 08-08-2024).
Baiklah Yura, mari kita mainkan. Jika ‘Risalah Hati’ begitu viral melalui dirimu, mari aransemen ini kita naikkan levelnya menjadi ‘Risalah Ilahi’. Orkestra ideologis harus lebih viral dari nyanyianmu.
*Gak Bisa Yura*
Saat sebagian lirik dinyanyikan ulang, “Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku, meski kau tak cinta kepadaku”, sungguh gak bisa Yura. Jika belum dicinta berarti harus berupaya untuk dicinta. Jadi gak bisa Yura kalau model cinta kita masih level dunia saja. Tahukah Yura model cinta sebenar-benarnya cinta?
Mari Yura kita menjelajah bersama. Kita bukan mau membahas soal aneka rasa dalam cinta. Tetapi yang lebih istimewa dari sekadar rasa. Bukan sekadar menulis risalah hati. Namun, kembali mendudukkan makna cinta yang semestinya. Cinta yang sesuai fitrah sehingga kehadirannya bisa membawa berkah, bukan sebaliknya, bukan seakan bertepuk sebelah tangan seperti di lagumu.
Gak bisa Yura jika kita tidak memahami cinta sesuai fitrahnya. Karena cinta yang sengaja diciptakan Allah Ta’ala bukanlah sesuatu yang ala kadarnya. Bukan sesuatu yang sia-sia.
Gak bisa Yura jika kita tidak mengetahui bahwa cinta merupakan salah satu potensi naluri yang ada pada setiap manusia. Allah Ta’ala menghadirkannya untuk lestarinya makhluk yang bernama manusia. Jika cinta dipraktikan secara salah, bermunculan lah berbagai masalah. Oleh karenanya jangan salah kaprah dalam memaknai cinta.
*Meraih Cinta Utama*
Gak bisa Yura. Gak bisa kita mendapat cinta yang utama kalau kita tidak pernah berusaha meraihnya. Gak bisa juga kita meraihnya kalau kita tidak pernah tahu cinta utama itu apa.
Firman Allah Ta’ala,
قُلۡ اِنۡ كَانَ اٰبَآؤُكُمۡ وَاَبۡنَآؤُكُمۡ وَاِخۡوَانُكُمۡ وَاَزۡوَاجُكُمۡ وَعَشِيۡرَتُكُمۡ وَ اَمۡوَالُ ۨ اقۡتَرَفۡتُمُوۡهَا وَتِجَارَةٌ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَ مَسٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَاۤ اَحَبَّ اِلَيۡكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَ جِهَادٍ فِىۡ سَبِيۡلِهٖ فَتَرَ بَّصُوۡا حَتّٰى يَاۡتِىَ اللّٰهُ بِاَمۡرِهٖ ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِيۡنَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk terhadap kaum yang fasik.’” (QS At Taubah: 24).
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS Ali Imran: 31).
Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw., beliau bersabda,
“Tiga (perkara) yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman, yakni Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya. Siapa yang bila mencintai seseorang, ia tidak mencintai orang itu, kecuali karena Allah azza wajalla. Siapa yang benci kembali kepada kekufuran, seperti ia benci bila dilempar ke neraka.” (HR Bukhari).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, “Telah menceritakan kepada kami, ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa ibnu Abdul A’la ibnu A’yun, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Urwah, dari Aisyah ra. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Tiada lain (ajaran) agama itu, melainkan cinta karena Allah dan benci karena Allah.’”
Demikianlah Yura, nash-nash di atas menunjukki kita tentang cinta utama. Harus ada upaya dari diri kita untuk memahami bahwa Allah memerintahkan kepada kita semua bahwa prioritas pertama dan utama kita adalah mencintai Allah Ta’ala serta mengikuti Rasulullah saw. dengan menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Menanamkan dan menumbuhkan cinta yang utama kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu menjadi insan yang bertakwa adalah perjuangan yang harus kita lakukan karena propaganda kapitalisme sekuler begitu deras menghajar kaum muslim tidak terkecuali generasi muda muslim dimana pun berada. Tak ada jalan lain selain harus terus mengarusderaskan mafhum Islam secara intensif kepada generasi. Mengarahkan mereka untuk senantiasa menempatkan rasa cinta yang benar sesuai syariat Islam sehingga mendapatkan rida Allah Ta’ala.
*Bersama Kita Meraih Cinta-Nya*
Yura, tahukah kamu bahwa Nabi saw. pernah bersabda,
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menyeru Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia.’ Jibril pun mencintai orang tersebut, lalu menyeru kepada penghuni langit, “Sesungguhnya, Allah mencintai fulan, maka cintailah fulan.” Kemudian, penduduk langit pun mencintai orang tersebut hingga akhirnya ditetapkan bagi fulan untuk diterima di bumi.” (HR Bukhari).
Demikian pula Anas bin Malik berkata, “Seseorang datang menemui Rasulullah saw., lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kapan akan terjadi hari kiamat?’ Beliau bersabda, ‘Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?’ Ia menjawab, ‘Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Kemudian, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya, engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai”.