Opini

Fenomena Dokter Asing Kuatkan Kapitalisasi Kesehatan

470
×

Fenomena Dokter Asing Kuatkan Kapitalisasi Kesehatan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Suryati

(Muslimah Peduli Umat)

Gedung Fakultas Kedokteran (FK) Kampus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kebanjiran karangan bunga bernada dukungan untuk dr. Budi Santoso. Budi Santoso atau yang akrab dipanggil Bus sebelumnya dicopot dari jabatannya sebagai Dekan FK Unair. Pemecatan terjadi tak lama setelah ia menyuarakan sikap menolak rencana pemerintah mendatangkan dokter asing ke Indonesia.

Setidaknya ada 30 lebih karangan bunga yang terpasang di depan gedung FK Unair. Seluruhnya bernada dukungan untuknya. “Turut berduka cita atas hilangnya demokrasi di dunia pendidikan #saveProfBus #untukIndonesiasehat Prodi Orthopaedi dan Traumatologi FK Unair Surabaya,” tulisan di salah satu karangan bunga. Dalam karangan bunga yang lain, “Dengan hati yang penuh duka, kami mengenang perjuangan dan dedikasi serta mendukung Pak Bus. Semoga keadilan segera ditegakkan. Hormat kami 08.”

Impor Dokter Asing Untuk Menyelamatkan Pasien?

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tujuan dokter-dokter asing didatangkan ke Indonesia bukan untuk menyaingi dokter lokal. “Bukan masalah saing-saingan, ini masalah menyelamatkan 300 ribu orang Indonesia yang kena stroke, 250 ribu yang kena serangan jantung, 6000 bayi yang kemungkinan besar meninggal tiap tahun,” kata Budi ketika ditemui usai rapat bersama komisi IX DPR di Jakarta. Dia menjelaskan bahwa hampir 80 tahun Indonesia merdeka, masih kekurangan tenaga spesialis dan yang paling banyak kosong adalah dokter gigi.

Selain itu, distribusi juga kurang. Seperti 65% puskesmas di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) yang mengalami kekosongan 9 jenis tenaga kesehatan. Oleh karena itu, pihaknya mendatangkan dokter dari luar negeri. Seperti yang dilakukan dalam kerja sama RSUP Adam Malik dan Arab Saudi untuk memberikan operasi bagi anak-anak Medan yang mempunyai penyakit jantung bawaan. Budi menilai upaya itu juga dapat mengakselerasi transfer ilmu bedah toraks kardiovaskular bagi dokter lokal.

Sebelumnya, Budi mengatakan bahwa misi utama pemerintah mendatangkan dokter asing adalah untuk menyelamatkan sekitar 12 ribu nyawa bayi per tahun yang berisiko meninggal akibat kelainan jantung bawaan. Kemampuan dokter di Indonesia untuk melakukan operasi jantung baru berkisar 6 ribu pasien per tahun. Sementara penanganan kelainan jantung bawaan memerlukan tindakan operasi yang cepat.

Budi yakin dokter Indonesia mampu mengatasi operasi jantung. Namun dengan laju kasus mencapai 6 ribu pasien per tahun, kuota dokter yang dimiliki Indonesia belum lah cukup. Menkes mengakui bahwa kebijakan itu, meskipun bertujuan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa bayi-bayi tersebut, belum sepenuhnya diterima oleh sejumlah pihak yang mengaitkan hal itu dengan kualitas layanan dokter asing dan domestik (antaranews.com, 08/07/2024).

Ironi Nakes

Rencana impor dokter asing telah lama diwacanakan pemerintah dengan berbagai dalih. Jika dulu pemerintah berdalih masuknya dokter asing agar rakyat tidak lagi berobat ke luar negeri, kini pemerintah beralasan bahwa Indonesia kekurangan dokter. Kebijakan ini sejatinya membuktikan gagalnya pemerintah mencetak SDM di bidang kesehatan yang berkualitas dan memadai. Padahal negeri ini tidak kekurangan SDM lulusan pendidikan kesehatan.

Jika pemerintah fokus memberikan pendidikan yang berkualitas yang ditunjang oleh fasilitas pendidikan terbaik, maka tentu mereka akan berdaya di negeri ini. Bahkan negara tidak perlu membuka peluang bagi dokter asing bekerja di negeri ini. Sebab justru hal tersebut malah hanya menambah besar persaingan tenaga kerja dalam negeri yang berujung pada bertambahnya jumlah pengangguran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *