Opini

Deep Learning, Pengganti Kurikulum Merdeka?

134
×

Deep Learning, Pengganti Kurikulum Merdeka?

Sebarkan artikel ini

Oleh Irma Sari Rahayu

Sudah menjadi spekulasi umum di tengah masyarakat, setiap pergantian menteri pendidikan dalam kabinet baru, kurikulum pendidikan akan berganti baru. Rumor akan bergantinya kurikulum pendidikan dari Kurikulum Merdeka (Kumer) memjadi kurikukum deep learning santer terdengar.

Rumor pergantian kurikulum ini berkembang seiring dengan pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendidasmen) Abdul Mu’ti yang menyatakan siap untuk melakukan evaluasi terhadap Kurikulum Merdeka. Mu’ti sendiri mengusulkan kurikulum yang diarahkan kepada pendekatan yang lebih mendalam dan berfokus kepada keterlibatan siswa. (melintas.id, 9 November 2024)

Belakangan, Mu’ti menyatakan bahwa deep learning bukanlah kurikulum pendidikan, tetapi pendekatan belajar. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah masih mengkaji kurikulum pendidikan yang akan diterapkan di Indonesia. Kemendikdasmen juga mengkaji tentang urutan dan bobot materi belajar serta kebijakan kurikulum merdeka yang menjadi kontroversi di masyarakat. (kompas.com, 11-11-2024)

Mengenal Pendekatan Belajar Deep Learning

Pendekatan belajar deep learning adalah adaptasi dari deep learning dalam kecerdasan buatan. Dalam pendidikan, deep learning dimaksudkan untuk membantu siswa lebih memahami materi melalui pengalaman yang bermakna. Konsep pendidikan deep learning terdiri dari tiga unsur, yaitu:

Pertama, mindful learning, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif berdiskusi, bereksperimen dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki tiap siswa. Pada proses ini, guru diharapkan tidak hanya memberikan teori saja, tetapi juga membantu siswa dalam memahami peran pelajaran tersebut.

Kedua, meaningful learning. Pendekatan ini mengajak siswa untuk memahami esensi dan kegunaan dari pelajaran yang sedang dipelajarinya untuk kehidupan. Misalnya, ketika belajar matematika maka akan berguna dalam mengelola keuangan, pekerjaan dll. Diharapkan siswa akan lebih termotivasi dan lebih semangat belajar.

Ketiga, joyful learning. Berfokus kepada kepuasan dari pemahaman yang mendalam. Bukan sekadar menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Joyful learning memprioritaskan lingkungan belajar yang mendukung kesenangan dan rasa penasaran siswa.

Deep Learning dan Potensi Masalah Baru

Gonta-ganti kurikulum seakan-akan menjadi hal yang biasa setiap kali berganti menteri pendidikan. Namun sejatinya memberatkan guru, orang tua dan siswa itu sendiri. Sekalipun pendekatan ala deep learning dikatakan bukan kurikulum, tetapi model pembelajaran yang berubah tetap menyulitkan guru dan siswa. Pendekatan pembelajaran yang baru ini tetap harus disosialisasikan secara bertahap dan memerhatikan kesiapan guru dan sekolah, terutama sarana pembelajaran yang tersedia.

Lima tahun kurikulum merdeka diterapkan tentu tidak mudah untuk langsung berubah haluan. Inilah wajah paradigma pendidikan di bawah sistem kapitalisme. Kurikulum kerap berganti-ganti namun tetap tidak bisa menyelesaikan permasalahan buramnya potret pendidikan negeri saat ini. Sejatinya, kurikulum adalah sebuah formula yang tetap dan tidak berganti-ganti. Ia tidak akan berubah dari masa ke masa, hanya sarana saja yang boleh berubah seiring perkembangan zaman. Misal, jika sarana belajar dahulu menggunakan buku dari kertas, maka saat ini bisa menggunakan buku elektronik, menggunakan gadget dll. Namun, formula pembelajaran untuk tingkat dasar, menengah, dan tinggi tidak berubah.

Perubahan ini dapat memunculkan potensi masalah baru. Guru kembali harus menyesuaikan pola mengajar yang baru. Bisa jadi akan ada pelatihan yang harus diikuti guru, sementara tugas mengajar tetap harus dilakukan. Faktanya, guru kerap lebih memilih mengikuti pelatihan, sedangkan tugas mengajar cukup diwakilkan oleh tugas-tugas saja. Sungguh miris!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *