Oleh Maryatiningsih
Aktivis Muslimah
Kondisi umat makin rusak, mulai dari orang dewasa sampai anak-anak semuanya terjangkit dengan pornografi, karena sangat mudah untuk diakses. Terutama dikalangan remaja menikmati video porno sudah menjadi hal yang biasa, maka tidak heran jika banyak generasi muda yang putus sekolah, malas, seks bebas, tindak kriminal dan lain-lain.
Tidak hanya mudahnya dalam mengakses pornografi, anak-anak juga rentan menjadi korban kejahatan pornografi. KPAI menyebut bahwa Indonesia berada pada fase darurat dalam 3 tahun terakhir sepanjang 2016-2024.
Dampak yang ditimbulkan dari kecanduan pornografi bisa menyebabkan kerusakan otak hingga psikis dari pengidapnya, dampak dari pornografi dianatarya:
Kerusakan otak pada remaja. Yang pertama adalah rusaknya otak ketika melihat pornografi, tubuh akan mengeluarkan hormon dopamin hingga membanjiri prefrontal cortex, yaitu satu di antara bagian dari otak yang berperan sebagai pusat kepribadian karena memiliki fungsi eksekutif. Yang akhirnya berdampak seperti sulit membedakan baik dan buruk, sulit mengambil keputusan, kurang rasa percaya diri,daya imajinasi menurun, dan juga kesulitan merencanakan masa depan. Karena itu juga menyebabkan penyusutan jaringan otak yang lambat laun akan pengecilan serta kerusakan permanen. Serta gangguan emosi dan masa depan hancur
Hal itu karena dampak dari lemahnya keimanan dan kebebasan berperilaku serta berorientasi materi. Masih banyak orang tua yang belum dan tidak paham akan perannya sebagai orang tua yang sangat memengaruhi kondisi anak-anaknya, karena pendidikan di rumah adalah madrasah ula yaitu pendidikan yang pertama terutama mengenai pendidikan. Anak-anak biasanya bercermin kepada orang tuanya maka ketika orang tua hedon anaknya bisa jadi akan mengikuti hedon. Maka ketika anak tidak diberikan pendidikan di rumah maka dia akan lebih mudah untuk terkontaminasi keadaan di luar rumah (masyarakat) yang jelas sangat beragam perilaku yang bisa merusaknya. Pendidikan di sekolah tidak menjamin anak menjadi lebih baik tetapi justru dalam sistem sekuler makin rusak, karena kurikulum yang ada tidak berlandaskan akidah Islam yang mampu membangun ketakwaan kepada Allah SWT.